"Masih banyak lagi korban daripada hanya satu kasus ini yang telah diumumkan oleh jaksa agung," ucap Mezentseva.
"Dan tentu saja, kami mengharapkan lebih banyak lagi yang akan dipublikasikan begitu para korban siap untuk membicarakannya."
Desas-desus tentang tentara Rusia yang melakukan penyerangan seksual terhadap wanita telah beredar secara online selama berminggu-minggu.
Beberapa hari yang lalu, sebuah video muncul di Telegram dan kemudian Twitter, yang menunjukkan tentara yang ditangkap mengeluarkan segenggam alat kontrasepsi dari sakunya.
Awal pekan ini, jaksa agung Iryna Venediktova mengkonfirmasi ini adalah kasus pemerkosaan resmi pertama oleh seorang tentara Rusia, menyebutnya sebagai 'pelanggaran hukum dan kebiasaan perang'.
"Jaksa wilayah Kyiv telah menetapkan seorang tentara Rusia yang membunuh seorang pria tak bersenjata dan berulang kali memperkosa istrinya," tulisnya di Facebook.
"Di salah satu desa di distrik Brovarsky, pria ini masuk ke rumah pribadi dan menembak pemiliknya."
"Setelah itu, penyusup yang mabuk dan rekan kerjanya berulang kali memperkosa istri warga sipil yang terbunuh, mengancamnya dengan kekerasan dan senjata."
"(Mereka) bahkan mengancam anaknya yang bersama korban."
Venediktova menegaskan pencarian tentara itu sedang berlangsung dan pengadilan telah menerima surat perintah penangkapannya.
Baca juga: Ulangi Kekejaman PD II, Rusia Dituding Sengaja Lakukan Rudapaksa sebagai Strategi Perang di Ukraina
Baca juga: Nasib Malang Gadis Ukraina Diduga menjadi Korban Rudapaksa 2 Pria di Lokasi Pengungsian
Rusia Sebut Ada Perang Informasi
Pada Rabu (16/3/2022) sebuah gedung teater di Mariupol, Ukraina yang difungsikan sebagai tempat penampungan warga sipil hancur seusai dibombardir.
Pemerintah Ukraina menyebut serangan dilakukan oleh pesawat tempur Rusia.
Sementara itu pemerintah Rusia tegas membantah telah melakukan serangan ke gedung teater tersebut.
Baca juga: Beredar Video Warga Dibunuh saat Antre Beli Roti, Rusia Sebut Produk Propaganda Intelijen Ukraina
Baca juga: Rusia Bongkar Bukti Keterlibatan AS Dalam Lab Pengembangan Patogen Berbahaya di Ukraina
Dikutip TribunWOw.com dari Sky News, bantahan ini disampaikan oleh duta besar pemerintah Rusia untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Vasily Nebenzya.