4. Korban Rata-rata Tidak Mampu dan Masih Bersaudara
Ketua P2TP2A Kabupaten Garut, Diah Kurniasari, mengatakan bahwa sejumlah santri yang masih di bawah umur itu kebanyakan merupakan orang tidak mampu.
Disebutkan, dari 12 korban, 11 di antaranya berasal dari Kabupaten Garut.
Mereka sengaja disekolahkan di sana untuk mendapat pendidikan gratis.
Korban juga masih merupakan keluarga karena pihak keluarga saling ajak untuk ikut menerima pendidikan di pesantren tersebut.
Rata-rata umur korban sendiri masih berusia 13 hingga 15 tahun.
"Kondisi korban saat ini insya Allah sudah lebih kuat, kami sudah jauh-jauh hari mempersiapkan mereka selama ini untuk siap mengahadapi media," ucapnya di Kantor P2TP2A Kabupaten Garut, Kamis (9/12/2021).
5. Reaksi Orangtua Korban
Diah, menyaksikan momen pilu ketika orang tua korban mengetahui anaknya menjadi korban rudapaksa.
Mereka merasa tidak percaya bahwa anaknya menjadi korban tindakan bejat dari orang yang selama ini mereka percayai.
"Rasanya bagi mereka mungkin dunia ini kiamat, ada seorang bapak yang disodorkan anak usia empat bulan oleh anaknya, semuanya nangis," kenang Diah.
Diah menyebut bahwa para orang tua berat menerika kenyataan bahwa anaknya datang justru dalam kondisi hamil, bahkan sudah ada yang melahirkan.
Para orang tua juga kebingungan membayangkan masa depan anak-anaknya dan lingkungan tempat tinggal anak yang dikhawatirkan tidak bisa menerima.
"Di kecamatan ini (lingkungan rumah korban), saya sampai datang beberapa kali nengok yang lahiran, ngurus sekolahnya, ketemu tokoh masyarakatnya," katanya.
"Alhamdulillah, yang rasanya mereka (awalnya) tidak terima, namanya juga bayi, cucu darah daging mereka, akhirnya mereka rawat, walau saya menawarkan kalau ada yang tidak sanggup, saya siap membantu," tambahnya.