Konflik di Afghanistan

Terjebak Krisis, Keluarga Afghanistan Jual Anak Berusia 9 Tahun sebagai Pengantin Seharga Rp 31 Juta

Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Elfan Fajar Nugroho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Parwana Malik menggambarkan sosok pria yang membelinya sebagai ‘orangtua’ karena janggut dan alisnya sudah putih. Sebuah keluarga di Afghanistan terpaksa menjual putri mereka berusia sembilan tahun untuk bisa mendapatkan uang guna membeli makanan di tengah krisis.

Di sisi lain, menikahi putra dari pria yang membelinya, dirasa akan lebih baik.

“Anak-anak saya yang lain sekarat karena kelaparan, jadi kami harus menjual putri saya,” kata sang ibu yang tidak disebutkan namanya kepada BBC.

Baca juga: Larangan Taliban Buat Harga Opium Melonjak, Pedagang di Afghanistan: Haram tapi Tak Ada Pilihan Lain

Sambil menangis, wanita tersebut mengaku begitu sedih, tetapi tak ada pilihan lain baginya saat ini.

“Bagaimana saya tidak sedih?  Dia adalah anak saya,” ujarnya.

“Saya berharap saya tidak harus menjual putri saya.”

Warga Afghanistan telah menghadapi krisis uang tunai sejak Taliban menguasai ibu kota Kabul pada 15 Agustus lalu dengan pemutusan akses oleh Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) dan bank sentral Amerika Serikat.

Bahkan sebelum mantan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani meninggalkan negara itu dan Taliban mengambil alih, Afghanistan sudah menghadapi perlambatan ekonomi.

Hal itu diperburuk oleh pandemi global Covid-19 dan kekeringan berkepanjangan yang semakin menghancurkan ekonomi Afghanistan yang sangat bergantung pada sektor pertanian.

Lapangan pekerjaan semakin berkurang di negara tersebut, dengan penetapan berbagai aturan dan larangan oleh pemerintahan baru bentukan Taliban.

Wanita hanya boleh bekerja di sektor kesehatan dan pendidikan, sementara para pria juga kesulitan untuk mencari kerja.

Hal serupa juga dikeluhkan oleh keluarga yang terpaksa menjual anak perempuannya itu.

Satu-satunya pekerjaan sang suami hanya mengumpulkan sampah secara lokal.

Namun, pekerjaan itu pun sekarang tidak bisa menghasilkan uang.

“Kami kelaparan. Saat ini kami tidak memiliki tepung, tidak ada minyak di rumah.  Kami tidak punya apa-apa,” kata sang suami.

Pria yang membeli putrinya telah membayar setengah dari biaya yang dijanjikan.

Penyerahan bayi tersebut akan dilakukan setelah putri mereka lebih dewasa dan sudah bisa berjalan.

Saat itu, sisa uang pembayaran juga akan diserahkan kepada pihak keluarga.

“Putri saya tidak tahu seperti apa masa depannya,” tambah sang suami.

“Saya tidak tahu bagaimana perasaannya tentang itu, tetapi saya harus melakukannya.” (TribunWow.com/Alma Dyani P)

Berita terkait Konflik di Afghanistan lain