Konflik di Afghanistan

Terjebak Krisis, Keluarga Afghanistan Jual Anak Berusia 9 Tahun sebagai Pengantin Seharga Rp 31 Juta

Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Elfan Fajar Nugroho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Parwana Malik menggambarkan sosok pria yang membelinya sebagai ‘orangtua’ karena janggut dan alisnya sudah putih. Sebuah keluarga di Afghanistan terpaksa menjual putri mereka berusia sembilan tahun untuk bisa mendapatkan uang guna membeli makanan di tengah krisis.

Di sisi lain, ketika menyerahkan Parwana, Abdul Malik menangis sambil berkata, “Ini pengantinmu.  Tolong jaga dia.  Anda bertanggung jawab untuknya sekarang, tolong jangan pukul dia.”

Qorban menyetujuinya dan meraih lengan Parwana, sebelum kemudian menuntunnya menuju pintu rumah untuk pergi.

Parwana sempat menolak, tetapi usahanya itu sia-sia karena dia langsung dimasukkan ke dalam mobil yang sudah menunggunya dan dibawa ke rumah barunya.

Sementara itu, keluarga Parwana mengaku tak punya pilihan lain.

Mereka menjadi satu di antara keluarga miskin yang terpaksa menjual anak perempuan mereka yang masih kecil untuk dinikahkan agar bisa bertahan hidup, saat Afghanistan semakin terjerumus ke dalam krisis kemanusiaan.

Baca juga: Bom Kembali Meledak di Masjid Syiah Afghanistan saat Salat Jumat, 15 Orang Tewas dan 31 Terluka

Meskipun merasa sedih atas kepergian Parwana, Abdul mengatakan dia tak punya kekuasaan atas apa yang akan terjadi pada putrinya.

“Orang tua itu mengatakan kepada saya, ‘Saya membayar untuk gadis itu.  Bukan urusanmu apa yang saya lakukan dengannya, itu urusan saya’,” ujar Abdul mengulang pernyataan Qorban.

Parwana dan keluarganya telah tinggal di kamp pengungsian Afghanistan di barat laut provinsi Badghis selama empat tahun terakhir.

Mereka bertahan hidup dengan bantuan kemanusiaan dan pekerjaan yang menghasilkan sekitar Rp 38 ribu sehari.

Tetapi, sejak Taliban mengambil alih Afghanistan pada Agustus lalu, ekonomi negara itu berada di ambang kehancuran dan bantuan kemanusiaan internasional telah ditahan.

Tak ayal, dampaknya sangat dirasakan oleh keluarga seperti Parwana yang tidak dapat membeli barang-barang kebutuhan pokok, terutama makanan.

Beberapa bulan lalu, Abdul Malik terpaksa menjual saudara perempuan Parwana yang berusia 12 bulan, untuk membantu keluarganya bertahan hidup.

“Kami adalah delapan anggota keluarga.  Saya harus menjual (mereka) untuk menjaga anggota keluarga lainnya tetap hidup,” katanya yang merasa tak punya pilihan lain.

Dia mengatakan bahwa uang yang didapatkannya dari hasil menjual Parwana, hanya akan menopang keluarganya selama beberapa bulan, sebelum mereka harus menemukan cara lain untuk mengumpulkan dana agar bisa bertahan hidup.

Parwana hanya satu di antara anak perempuan lain di Afghanistan yang juga dijual oleh keluarganya agar bisa bertahan hidup di tengah krisis.

Halaman
1234