Terkini Internasional

Tak Diundang dalam KTT ASEAN, Junta Myanmar Salahkan Intervensi Amerika Serikat dan Uni Eropa

Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Elfan Fajar Nugroho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Protes di Myanmar menentang pemimpin junta, Min Aung Hlaing. ASEAN menyatakan tidak akan mengundang pemimpin junta Myanmar dalam KTT Oktober mendatang, militer menyalahkan intervensi asing atas keputusan itu.

ASEAN juga telah menghadapi tekanan internasional yang meningkat untuk mengambil sikap yang lebih keras terhadap Myanmar.

Seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan bahwa sangat tepat bagi ASEAN untuk mengecualikan partisipasi Myanmar dalam KTT mendatang.

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, melalui akun Twitternya mengatakan bahwa negaranya telah mengusulkan agar Myanmar “tidak boleh diwakili di tingkat politik” di KTT ASEAN, sampai memulihkan “demokrasinya melalui proses inklusif”.

Di sisi lain, Singapura mendesak Myanmar untuk bekerja sama dengan utusan ASEAN, menteri luar negeri kedua Brunei Darussalam, Erywan Yusof.

Erywan telah menunda kunjungan yang sudah lama direncanakan ke negara itu dalam beberapa pekan terakhir dan telah meminta untuk bertemu dengan semua pihak di Myanmar, termasuk pemimpin terguling Aung San Suu Kyi, yang ditahan dalam kudeta.

Namun, pemerintahan junta Myanmar menyatakan tidak mungkin mengizinkan pertemuan Erywan dengan Aung San Suu Kyi, meskipun kunjungan utusan khusus ASEAN itu akan tetap diterima.

“Sulit untuk mengizinkan pertemuan dengan mereka yang menghadapi persidangan,” kata juru bicara junta Myanmar, Zaw Min Tun, dikutip dari AFP pada Sabtu (1/10/2021).

"Kami akan mengizinkan pertemuan dengan pejabat resmi," tambahnya tanpa memberikan perincian lebih lanjut tentang kapan Myanmar akan memberikan izin kepada utusan ASEAN untuk berkunjung.

Aung San Suu Kyi saat ini diadili atas sejumlah tuduhan sejak penggulingannya dalam kudeta militer 1 Februari.

Wanita berusia 76 tahun itu telah menghabiskan sekitar setengah dari tiga dekade terakhir dalam berbagai bentuk penahanan. (TribunWow.com/Alma Dyani P)

Berita terkait Myanmar lain