"Jelas bahwa mereka yang menembaki para pengunjuk rasa adalah kelompok bersenjata terorganisir yang telah merencanakan serangan ini sejak kemarin," kata seorang pejabat tinggi Hizbullah.
"Kami tidak akan membalas. Mereka ingin menyeret kami ke dalam perselisihan sipil dan kami tidak ingin menabur perselisihan sipil."
Baku tembak berhenti sekitar empat jam setelah pertempuran dimulai.
Pihak militer Lebanon langsung mengerahkan pasukannya di sekitar daerah Tayouneh dan melakukan patroli untuk mencari para pelaku penembakan.
Presiden Michel Aoun meminta semua pihak agar menenangkan diri dalam pidato yang disiarkan televisi pada Kamis (14/10/2021) malam, dikutip dari AFP.
"Senjata tidak dapat kembali menjadi sarana komunikasi antara pihak-pihak Lebanon, karena kita semua sepakat untuk mengubah halaman gelap sejarah kita ini," katanya mengacu pada perang saudara 1975 hingga 1990.
Baca juga: PM Lebanon Hassan Diab Mengundurkan Diri Pascaledakan Beirut, Sebut Mau Bersama Rakyat Lawan Pelaku
Baca juga: Sebelum Terjadi Ledakan, Para Pemimpin di Lebanon Sudah Peringatkan soal Bahan Peledak sejak Juli
Michel Aoun juga mendesak pemerintah untuk segera merumuskan solusi agar bisa keluar dari krisis yang berkepanjangan.
Militer menggerebek sejumlah tempat untuk mencari para penembak, dan menahan sembilan orang, termasuk individu dari kedua belah pihak serta salah satunya berkebangsaan Suriah, katanya.
Namun, tidak diberikan penjelasan lebih lanjut terkait siapa yang memulai aksi baku tembak.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan setidaknya terdapat 32 orang terluka.
Amal mengatakan tiga anggotanya tewas, sementara Hizbullah mengumumkan bahwa pemakaman atas dua pria dan satu wanita dalam kelompoknya akan dilakukan pada Jumat (15/10/2021).
Saat kejadian, peluru menghantam rumah-rumah, sementara warga sipil yang panik meringkuk di dalam ruangan ketika suara tembakan, sirene ambulans dan ledakan granat terdengar selama lebih dari tiga jam.
Pria yang menjadi pusat ketegangan, hakim Tarek Bitar, dipandang sebagai harapan terakhir untuk keadilan oleh banyak orang Lebanon.
Namun, hakim tersebut juga telah dikritik karena dianggap bias dan menyudutkan kelompok Amal serta Hizbullah dalam penyelidikannya.
Para pengunjuk rasa membakar foto Tarek Bitar dan duta besar Amerika Serikat (AS) Dorothy Shea pada Kamis (14/10/2021).