Virus Corona

Waspada saat Isolasi Mandiri, Ini Kondisi Pasien Covid-19 yang Berisiko Alami Long Covid

Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pasien Covid-19 melambaikan tangan dari jendela kamarnya di Rumah Singgah Isolasi Mandiri Medco Foundation, di Hotel Nyland, Jalan Pasteur, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (27/1/2021). Pasien Covid-19 masih bisa mengalami keluhan atau gejala seusai sembuh dari Covid-19 bahkan hingga beberapa minggu setelah gejala awal dirasakan.

TRIBUNWOW.COM - Pasien Covid-19 masih bisa mengalami keluhan atau gejala setelah sembuh dari Covid-19 atau sesudah menjalani isolasi mandiri, bahkan hingga beberapa minggu sejak gejala awal dirasakan.

Fenomena tersebut dikenal sebagai long Covid. 

Dilansir TribunWow.com dari The Conversation, kini para ilmuwan masih meneliti fenomena long Covid, meskipun kini sudah lebih banyak yang diketahui.

Baca juga: Data CSI Ungkap 70 Persen Penyintas Covid-19 Alami Long Covid, Mayoritas Responden Isoman

Tetapi sepertinya hingga kini itu masih tidak dipahami dengan baik. 

Long Covid ditandai dengan kumpulan gejala yang bisa bervariasi.

Gejala yang paling umum dirasakan hingga kini adalah perasaan sesak napas, kelelahan meski tak melakukan aktivitas berat, sakit kepala, dan hilangnya kemampuan untuk merasakan dan mencium secara normal.

Sebuah survei oleh The Conversation yang dirilis pada Februari 2021 yang dilakukan terhadap 384 pasien Covid-19 menunjukkan bahwa 53 persen tetap terengah-engah pada satu hingga dua bulan kemudian, dengan 34 persen mengalami batuk dan 69 persen melaporkan kelelahan.

Metode survei dilakukan dengan cara pasien secara mandiri mengirimkan kelugannya melalui aplikasi COVID Symptom Study.

Dari data tersebut diketahui bahwa 13 persen orang yang mengalami gejala Covid-19 akan terus mengalami gejala selama lebih dari 28 hari, sementara 4 persen memiliki gejala setelah lebih dari 56 hari.

Dalam data tersebut juga terlihat bahwa orang ada beberapa kriteria orang yang kerap mengalami long Covid, diantaranya:

1. Orang-orang dengan penyakit yang lebih parah.

2. Memiliki lebih dari lima gejala

3. Usia yang lebih tua 

4. Memiliki indeks massa tubuh yang lebih tinggi atau obesitas.

Penelitian lain yang masih dalam tahap awal menunjukkan bahwa infeksi Covid-19 juga dapat berdampak jangka panjang pada organ manusia.

Tetapi profil mereka yang terkena dampak dalam penelitian ini berbeda dengan mereka yang melaporkan gejala melalui aplikasi.

Penelitian mengamati sampel 200 pasien yang telah pulih dari Covid-19, menemukan kerusakan organ ringan pada 32% jantung manusia, 33% paru-paru, dan 12% ginjal manusia.

Kerusakan organ multipel ditemukan pada 25% pasien.

Baca juga: Apakah Hirup Uap Panas saat Isolasi Mandiri Bisa Bikin Virus Covid-19 Mati? Cek Faktanya

Baca juga: Bisa Tak Terpantau saat Isoman, Pemerintah Ajak Pasien Covid-19 Isolasi Terpusat, Ini Keuntungannya

Pasien dalam penelitian ini memiliki usia rata-rata 44 tahun, dengan sebagian besar merupakan penduduk usia kerja muda.

Hanya 18 persen yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19.

Itu artinya kerusakan organ dapat terjadi bahkan ketika pasien hanya mengalami gejala ringan.

Memiliki komorbid yang dianggap bisa memperparah kondisi kesehatan pasien Covid-19, seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung iskemik, juga bukan prasyarat untuk kerusakan organ.

Ada banyak alasan mengapa orang mungkin memiliki gejala beberapa bulan setelah penyakit virus selama pandemi.

Dalam beberapa kasus gejala long Covid, memang sulit untuk diketahui apa yang menjadi penyebabnya. 

Di mana gejala menunjuk ke organ tertentu, penyelidikan relatif mudah.

Seperti permasalahan paru-paru di mana Covid-19 rentan menyerang ke arah sana. 

Agak sulit untuk dijelajahi adalah gejala kelelahan, padahal gejala ini merupakan gejala yang cukup sering ditemukan pada penyintas Covid-19.

Studi skala besar lainnya baru-baru ini menunjukkan bahwa gejala ini umum terjadi setelah Covid-19.

Kasus kelelahan bahkan terjadi pada lebih dari setengah kasus dan tampaknya tidak terkait dengan tingkat keparahan penyakit awal.

Terlebih lagi, tes menunjukkan bahwa orang yang diperiksa tidak mengalami peningkatan tingkat peradangan.

Itu menunjukkan bahwa kelelahan mereka tidak disebabkan oleh infeksi lanjutan atau sistem kekebalan mereka bekerja lembur.

Faktor risiko untuk gejala jangka panjang dalam penelitian ini termasuk menjadi perempuan sesuai dengan studi COVID Symptom App.

Dan, yang menarik, ada diagnosis yang menyebut adanya kemungkinan hal ini berkaitan dengan kecemasan dan depresi, meski belum bisa dipastikan.

Selain itu, beberapa gejala long Covid juga tumpang tindih dengan gejala menopause, dan penggantian hormon dengan obat-obatan dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi dampak gejala.

Namun, uji klinis akan sangat penting untuk menentukan secara akurat apakah pendekatan ini aman dan efektif. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)

Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya