Oleh sebab itu, Yunarto tidak melihat sedikitpun niat baik dari rencana aksi yang gagal tersebut.
"Sekeras-kerasnya kritik itu ketika dialamatkan dengan cara yang memungkinkan dalam kondisi daring, mau itu melalui daring, media, atau petisi, saya pikir itu sah-sah saja," ujar Yunarto.
"Tapi kalau sudah pengumpulan massa, saya pikir niatnya memang tidak baik."
"Lebih mencerminkan syahwat politik yang mengorbankan sebagian masyarakat yang melakukan demo itu," tambahnya.
Bukan tanpa alasan Yunarto menuding aksi tersebut tidak berniat baik.
Pasalnya, orientasi agenda yang ingin melakukan longmarch dar Glodok hingga Istana Negara itu bahkan tidak tak memikirkan dampak terkait pandemi Covid-19.
Ditambah, seruan aksi tersebut juga hanya ingin pemerintahan jatuh.
Oleh sebab itu, Yunarto mendukung agar aparat menindak tegas saja pihak-pihak yang memprovokasi atau mendalangi agenda tersebut.
"Jadi kalau sudah menggunakan end game, dalam sistem presidensial itu tidak dimungkinkan, kecuali ada kasus korupsi, atau perbuatan tercela yang dibuktikan secara hukum," kata Yunarto.
"Kalau betul ada upaya pengumpulan massa dan targetnya hanya end game dari rezim Jokowi, saya pikir harusnya penegak hukum harus bertindak tegas."
"Karena jelas akan mengorbankan masyarakat," tegas pengamat politik yang akrab disapa Mas Toto tersebut. (TribunWow.com/Rilo)