Perseteruan L dan sang ibu bermula setelah L menikah enam bulan lalu.
Sejak saat itulah, L kerap menegur ibunya saat melakukan ritual adat setempat seperti barasanji.
"Dia selalu tegur orang tuanya kalau barasanji, katanya bid'ah, tidak boleh," kata Hamkam dikutip dari TribunTimur.com, Senin (29/3/2021).
"Bahkan Lukman ini tidak mau makan ayam atau sapi kalau bukan dia sendiri yang potong."
Hamka menyebut, perseteruan L dan sang ibu berakhir seusai L dan YSF pindah rumah.
Sebagai tetangga L, Hamka mengaku tak menyangka warganya bakal terlibat aksi terorisme.
Apalagi, aksi pengeboman itu dilakukan L bersama sang istri.
Baca juga: Sama-sama Pernah Serang Gereja, Ini Dugaan Motif Pasutri Bom Katedral Makassar Menurut Ali Imron
Baca juga: Sosok Lukman Pelaku Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral, Berubah setelah Berhenti Kuliah dan Menikah
"Tidak ada yang menyangka, kami kira cuma ikut pengajian-pengajian saja."
"Ternyata pas ada berita bilang kalau dia warga sini, inisial L, di situ kami langsung tahu kalau itu Lukman sama istrinya," sambungnya.
Di sisi lain, Hamka justru merasa kasihan pada ibu L.
Pasalnya, sang ibu kini hanya tinggal bersama adik pelaku bom bunuh diri tersebut.
Sementara itu, L yang sempat kuliah memilih berhenti dari bangku pendidikan lalu menikah dan terlibat aksi terorisme.
"Kasihan ibunya, jualan di warung, cuma dibantu sama adik perempuan Lukman," jelas Hamka.
"Pas anaknya sudah kuliah, malah berhenti dan masuk aliran sesat. Semoga ini yang terakhir."
Meskipun begitu, menurut Hamka, warga setempat menerima saat jasad L dan YSF dimakamkan di pemakaman sekitar.
Jasad L dan YSF telah dimakamkan dalam satu liang lahat di pemakaman Kelurahan Pallantikang, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros, Senin (29/3/2021).
Keduanya dimakamkan di sebelah makam ayahanda L. (TribunWow.com/Brigitta/Tami)