Setengah dari mereka diberi dua dosis vaksin dengan jarak empat pekan.
Sisanya mendapat suntikan placebo.
Sama seperti Pfizer, vaksin Moderna juga mengandalkan messenger RNA, atau mRNA, molekul genetik yang dibaca oleh mesin sel untuk membangun protein di dalam sel.
Pada vaksin Moderna, mRNA berisi instruksi untuk membangun protein spike Virus Corona, bagian yang membantu virus memasuki sel manusia.
Vaksin menginduksi sel manusia untuk membuat protein spike, dan sistem kekebalan kemudian membuat antibodi untuk menempel pada protein spike.
Antibodi yang distimulasi vaksin tersebut, bertugas untuk mencegah virus asli menginfeksi sel sehat pada tubuh di masa mendatang.
5. Vaksin Johnson & Johnson
Vaksin Johnson & Jonhson, yang mempunyai perjanjian tidak mengikat untuk memasok Covax dengan 500 juta dosis selama jangka waktu yang tidak ditentukan, diharapkan mendapatkan persetujuan WHO paling cepat pada Mei atau Juni.
Sejauh ini, Johnson & Johnson belum mempublikasikan hasil uji klinis fase III dari vaksinnya.
Namun UE telah menyampaikan pihaknya mengharapkan perusahaan untuk mengajukan persetujuan paling cepat Februari.
6. Vaksin Covid-19 buatan China, Sinopharm dan SinoVac
WHO juga tengah mempertimbangkan kemungkinan persetujuan cepat untuk dua vaksin China, Sinopharm dan Sinovac.
Keduanya telah mengajukan ke WHO, dan tengah dilakukan peninjauan, dengan keputusan paling cepat pada Maret.
Sinopharm mengajukan permohonan untuk dua vaksin Covid-19, tapi kemungkinan persetujuan pada Maret hanya menyangkut yang dikembangkan oleh afiliasinya yang berbasis di Beijing, Institut Produk Biologi Beijing (BIBP), yang telah banyak digunakan untuk inokulasi di China.
Sementara SinoVac belum merilis hasil uji coba fase III secara global, tapi vaksinnya telah disetujui untuk penggunaan darurat di negara-negara termasuk Brasil, Indonesia dan Turki. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "6 Vaksin yang Akan Disetujui WHO, dari AstraZeneca hingga Sinovac"