"Masalahnya seperti senior saya Mas Slamet Rahardjo."
"Berita politik kita enggak baca ketinggalan, kita baca bingung."
Terkait hal itu, Sudjiwo langsung membahas pembubaran FPI.
Ia mengaku heran saat FPI dibubarkan namun Pam Swakarsa akan segera dihidupkan kembali.
"Misalkan sebuah organisasi dibubarkan, katakanlah FPI," ucap Sudjiwo.
"Yang diduga jadi cikal bakalnya Pamswakarsa dihidupkan lagi."
"Jadi saya bingung, ini gimana gitu."
Baca juga: Tanggapan Calon Kapolri Listyo Sigit soal Rekomendasi Komnas HAM terkait Tewasnya Laskar FPI
Baca juga: Ungkit Penembakan 6 Laskar FPI, Refly Harun: Tak Ada Intervensi, Kekerasan Psikologis Barangkali Ada
Ia meyakini Pam Swakarsa lah yang menjadi cikal bakal FPI.
Karena itu, Sudjiwo menganggap janggal jika akhirnya Pam Swakarsa kembali dihidupkan setelah FPI dihentikan.
"Ya sebuah pohon sudah berdiri, pohonnya enggak boleh, tapi benihnya dihidupkan lagi," ujarnya.
"Bahkan sekarang rakyat sudah boleh 'menjadi polisi' satu sama lain dalam kasus terorisme."
Melihat kondisi ini, Sudjiwo menganggap hukum di Indonesia masih tebang pilih.
Ia pun menyinggung soal beda perlakuan hukum terhadap kasus kerumunan akhir-akhir ini.
"Dalam kasus masih tebang pilih, kalau pihak sana melapor langsung diproses, kalau pihak sini melapor enggak," kata Sudjiwo.
"Kalau di sana berkerumun dibilang masih mengikuti protokol"
"Kalau pihak sana berkerumun langsung."
Karena itulah, Sudjiwo menilai kondisi saat ini begitu berbahaya.
Apalagi, penindakan hukum dilakukan sesuai rasa suka-tidak suka aparat keamanan.
"Dalam kasus-kasus situasi masih begini, rakyat dikasih hak untuk saling memeriksa itu bahaya banget."
"Kalau ada yang disukai sama enggak di aparat hukum," tukasnya. (TribunWow.com)