TRIBUNWOW.COM - Dokter sekaligus relawan Covid-19, dr Tirta Mandira Hudhi merasa kecewa dengan sikap dari pemerintah dalam menyikapi kerumunan massa yang belakangan ini terjadi.
Kerumunan tersebut tidak lain terjadi dalam acara yang melibatkan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab.
Dilansir TribunWow.com dalam kanal YouTube Official iNews, Minggu (15/11/2020), dr Tirta menilai pemerintah terkesan membiarkan dan mengizinkan kerumunan dalam acara Habib Rizieq tersebut.
Baca juga: Contohkan Ganjar dan Ridwan Kamil, dr Tirta Tantang Anies dan BNPB Sikapi Kerumunan Rizieq Shihab
Baca juga: Dinilai Lakukan Ujaran Kebencian karena Sebut Habib Tukang Obat, Nikita Mirzani Dilaporkan ke Polisi
Sedangkan seperti yang diketahui, DKI Jakarta sendiri sejauh ini masih memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi hingga 22 November, jika tidak kembali diperpanjang.
Oleh karenanya, dr Tirta mempertanyakan keadilan dalam penegakan aturan protokol kesehatan dalam rangka pencegahan penularan Covid-19.
Menurutnya, dengan melihat terjadinya kerumunan massa Habib Rizieq, perjuangannya sebagai relawan Covid-19 berasa percuma.
Ia merasa apa yang dilakukan selama ini bersama para relawan lainnya dalam mengkampanyekan protokol kesehatan terasa sia-sia.
"Saya sudah 17 kota, relawan-relawan, kawan saya sudah wafat 300-an orang. Guru saya juga sudah wafat juga," ujar dr. Tirta.
Tidak hanya kecewa dengan Pemprov DKI Jakarta yang mengizinkan digelarnya acara pernikahan dengan ribuan tamu undangan, dr Tirta juga kecewa sekaligus bingung dengan sikap pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penganggulangan Bencana (BNPB).
Kekecewaannya tersebut lantaran BNPB, bukannya melarang, justru memberikan sumbangan masker kepada para tamu undangan di pesat pernikahan anak Habib Rizieq.
Baca juga: Ngaku Tak Masalah dengan Habib Rizieq soal Acara Nikah, dokter Tirta: Tapi Saya Ingin Ketuk Hatinya
"Di sini teriak-teriak PSBB Transisi sampai 22 November, tapi salah satu pernikahan diizinin puluhan ribu," ungkapnya.
"Malah disuport 20 ribu masker sama BNPB," imbuhnya.
Menurutnya, tidak seharusnya BNPB memberikan masker tersebut untuk acara yang sebenarnya dilarang.
Ia lantas menyinggung kondisi pengungsian Gunung Merapi yang disebutnya justru belum mendapatkan bantuan masker hingga saat ini.
"Saya ini di Merapi, pengungsian tidak ada masker ini. Saya cari sendiri, alhamdulillah disupport sama perusahaan swasta," kata dr Tirta.