Seorang sejarawan Myanmar, Thant Myint-U, mengecam karena tidak adanya jaring pengaman sosial yang layak dan runtuhnya sistem kesejahteraan tradisional desa.
“Bagi puluhan juta orang miskin Myanmar, tidak ada yang lain selain ke pasar, yang pada saat yang baik memberikan peluang untuk pekerjaan informal di kota atau migrasi ke luar negeri tetapi selama masa sulit meninggalkan yang termiskin dengan hanya memiliki sedikit baju di punggung mereka,” kata dia. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Dihantam Pandemi dan Krisis Parah, Warga Miskin Myanmar Makan Tikus