Virus Corona

Kemiskinan Dampak dari Virus Corona, Satu Keluarga Terpaksa Makan Tikus Liar dari Saluran Air

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi tikus - Sejak Covid-19 melanda dunia, kehidupan warga miskin di Myanmar makin sulit. Seperti yang dialami oleh Ma Suu (36), seorang penjual salad.

Kendati demikian, dia mengakui bahwa tidak semua orang mendapatkan bantuan tersebut.

Krisis telah membayangi pemilihan umum Myanmar yang direncanakan pada 8 November.

Meski demikian, Aung San Suu Kyi diperkirakan masih akan memenangi pemilihan umum dengan selisih suara yang cukup.

Tak Ada yang Lain Selain ke Pasar

Bahkan sebelum pandemi, sepertiga dari 53 juta orang Myanmar dianggap "sangat rentan" untuk jatuh ke dalam kemiskinan.

Meskipun baru-baru ini, ada kemajuan setelah negara itu bangkit dari pemerintahan junta militer yang menghancurkan selama beberapa dekade.

Sekarang, tekanan finansial semakin mengancam untuk menjerumuskan banyak orang kembali ke dalam kemiskinan atau menekan peluang mereka untuk keluar dari kemiskinan.

Pada September, Bank Dunia memprediksi kemiskinan di kawasan Asia Timur dan Pasifik akan meningkat untuk pertama kalinya sejak 20 tahun terakhir karena Covid-19.

Sekitar 38 juta orang diperkirakan akan tetap berada atau didorong kembali ke dalam jurang kemiskinan.

Pemerintah Myanmar telah memberikan paket makanan satu kali dan hibah uang tunai sebanyak tiga kali masing-masing 15 dollar AS (Rp 219.000) kepada rumah tangga miskin.

Paket tersebut adalah bantuan agar rakyat miskin dapat kembali menyambung hidupnya. Namun mereka mengatakan bantuan tersebut gagal.

Ilustrasi virus corona. Herd immunity adalah kondisi ketika sebagian besar kelompok atau populasi manusia kebal terhadap suatu penyakit karena sudah pernah terpapar dan sembuh dari penyakit tersebut. (Pixabay/Tumisu)

Sebuah survei yang dilakukan ONow Myanmar menemukan bahwa sekitar 70 persen dari 2.000 orang yang disurvei telah kehilangan pekerjannya.

Lebih dari seperempat di antaranya terpaksa berutang untuk membeli makanan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya.

Sektor-sektor yang mendorong industralisasi di Myanmar, termasuk garmen dan pariwisata, telah terhenti.

Gerard Mccarthy, seorang peneliti di Asia Research Institute Singapura, mengatakan banyak keluarga yang sudah berutang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

“Banyak yang harus melunasi pinjaman ini sebelum mereka dapat mulai mengeluarkan uang untuk keperluan apapun,” kata Mccarthy.

Halaman
123