TRIBUNWOW.COM - Mantan Wakil Danjen Kopassus, Sutiyoso angkat bicara terkait penyerangan Polsek Ciracas, Jakarta Timur oleh sejumlah oknum TNI.
Hal itu diungkapkan Sutiyoso dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (1/9/2020).
Membahas kasus penyerangan tersebut, Sutiyoso menyinggung bagaimana prajurit TNI selalu diberikan latihan dan doktrin yang kuat.
• Bukan Kesejahteraan, Pakar Militer Ungkap Dasar Kecemburuan TNI vs Polri: Dari 98 Tidak Selesai
"Sekali lagi latihan yang diberikan diberikan pada perwiranya tadi dan indoktrinasinya itu adalah disiapkan untuk bertempur," jelas Sutiyoso.
Indoktrinasi itu antara lain, jiwa agresifitas yang tinggi, jiwa korsa dan kesetiakawanan yang tinggi.
Namun yang menurutnya menjadi masalah adalah mereka terus dilatih belum tentu bisa dipraktikkan secara nyata.
"Sebenernya prajurit dilatih terus-terusan dan itu menjadi membosankan. Karena apa, dia dilatih untuk bertempur tapi tidak pernah dipraktikan dengan siapa, itu masalah," ujar Sutiyoso.
Lalu Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengibaratkan prajurit seperti petinju.
Layaknya petinju, mereka terus dilatih untuk bertarung.
"Jadi ilustrasinya itu seperti petinju, petinju itu dilatih fisik, mukulin samsak habis-habisan setiap hari."
"Lalu dia juga shadow boxing, seakan-akan bosen dengan bayangannya sendiri," kata Sutiyoso.
• Singgung ABRI saat Ulas Insiden Polsek Ciracas, Syamsu Djalal: TNI Banyak Tantangan, Polri Tentengan
Namun yang berbeda adalah petinju dapat menerapkan latihannya dengan berkompetisi di ring tinju.
Sedangkan, prajurit TNI belum tentu langsung memiliki musuh.
Sehingga, bisa saja mereka merasa bosan.
"Harapannya apa dilatih tiap hari? Dia naik ring dihadapkan pada musuh, kira-kira ilustrasinya seperti itu."