Virus Corona

Singgung Tingginya Kasus Covid-19 pada Anak, Kak Seto: Sementara yang Terbaik Belajar di Rumah

Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Psikolog Anak sekaligus Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi atau Kak Seto buka suara terkait kebijakan dari pemerintah soal pembukaan kembali sekolah atau pembelajaran tatap muka, dalam acara Kabar Petang 'tvOne', Selasa (11/8/2020).

TRIBUNWOW.COM - Psikolog Anak sekaligus Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi atau Kak Seto buka suara terkait kebijakan dari pemerintah soal pembukaan kembali sekolah atau pembelajaran tatap muka.

Dilansir TribunWow.com dalam acara Kabar Petang 'tvOne', Selasa (11/8/2020), Kak Seto mengatakan tidak setuju dengan keputusan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tersebut.

Alasannya menurutnya tidak lain karena mengacu pada data kasus Covid-19 di Indonesia yang masih terbilang tinggi.

PERSIAPAN SEKOLAH HADAPI NEW NORMAL - Kepala Sekolah SMP Islam PAPB Semarang Drs. H Ramelan sedang melakukan pengecekan kesiapan sekolah untuk mempersiapkan kegiatan belajar mengajar 2020/2021 yang rencananya akan dimulai pada bulan Juli 2020 dengan menerapkan protokol pelaksanaan pencegahan Covid-19, Rabu (03/06/20). (TRIBUN JATENG/TRIBUN JATENG/HERMAWAN HANDAKA)

Tak Setuju Pembukaan Sekolah Mengacu Status Zonasi Covid-19, Pandu Riono: Jangan Mengandalkan Itu

• Kasus Covid-19 Masih Tinggi, Jawa Timur Uji Coba Sekolah Tatap Muka, Khofifah: Mulai 18 Agustus

Kak Seto menambahkan bahwa kasus Covid-19 yang terjadi pada anak-anak juga tergolong tinggi.

Bahkan dikatakannya dengan merujuk pada Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus Covid-19 pada anak di Indonesia menjadi yang terbanyak dibandingkan negara-negara lain se-Asia Pasisik.

Data tersebut yang membuat dirinya berpikir dua kali untuk merestui pemerintah membuka sekolah tatap muka di tengah ancaman risiko yang tinggi.

Menurutnya, hak pertama yang harus didapat oleh anak adalah hak hidup dan kemudian hak tumbuh dan berkembang atau hak kesehatan.

Barulah anak-anak tersebut harus mendapatkan hak belajar dan bermain.

"Jadi kalau kita menurut laporan dari ikatan dokter anak Indonesia bahwa ini cukup berbahaya, bahkan dikatakan jumlah korban anak Indonesia itu termasuk tertinggi di Asia Pasifik," ujar Kak Seto.

"Artinya satu anak pun kita tidak rela untuk terkena virus, apalagi kemudian harus meninggal," tegasnya.

"Jadi mohon itu yang paling utama, kedepankan kepentingan terbaik bagi anak dulu," harap Kak Seto.

• Khawatir Muncul Klaster Baru Corona, FSGI Keberatan Sekolah Tatap Muka di Zona Kuning Dibuka

Meskipun hanya akan iterapkan pada daerah yang masuk zona hijau dan kuning, dirinya tetap berharap pemerintah tidak asal-asalan dalam membuat kebijakan tersebut.

Menurutnya, harus mempertimbangan banyak aspek, utamanya adalah keselamatan pada anak itu sendiri.

Oleh sebab itu, Kak Seto mengatakan dengan melihat kondisi saat ini, maka yang tepat untuk memberikan hak belajar kepada anak dalam artian siswa adalah dengan belajar di rumah.

"Jadi mungkin suara dari para dokter anak di berbagai daerah di bawah koordinasi IDAI menjadi pertimbangan utama juga," imbuhnya.

Halaman
123