"Yang lain jelas mati lebih lambat, seperti yang berkeliaran. Jadi sangat sulit untuk mengatakan apa racun tersebut, ” lanjutnya.
• Gajah di Thailand Pulang Kampung setelah Pariwisata di Sana Memburuk karena Corona
• Terpisah dari Kawanannya, Gajah di Riau Ditemukan Mati dengan Belalai Terpotong
Menurut laporan, Gajah dari segala usia baik jantan maupun betina telah sekarat.
Beberapa gajah hidup tampak lemah dan kurus, menunjukkan lebih banyak dari mereka akan mati dalam beberapa minggu mendatang.
Para konservasionis menyebutkan bahwa jumlah sebenarnya dari kematian para gajah tersebut mungkin bahkan lebih tinggi karena bangkai sulit ditemukan.
Racun sianida yang sering digunakan oleh pemburu liar di Zimbabwe tetap menjadi kemungkinan.
Namun hewan karnivora yang memakan bangkai tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda ikut keracunan.
Hal ini menjadi aneh lantaran sianida adalah racun yang sangat kuat sehingga dapat membunuh hewan yang memakan bangkai gajah tersebut.
Dilaporkan ada lebih sedikit burung nasar pada bangkai tersebut, tetapi tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda perilaku abnormal.
"Tidak ada preseden untuk ini menjadi fenomena alam tetapi tanpa pengujian yang tepat, itu tidak akan pernah diketahui," jelas McCann.
Adapun populasi gajah tersebut terhitung sebanyak sekitar 15.000 ekor, 10% dari total penduduk di Botswana.
Gajah dinilai menjadi aset negara karena menjadi daya tarik dari Ekowisata telah menyumbang antara 10-12% dari PDB Botswana, kedua setelah berlian.
“Anda melihat gajah sebagai aset negara. Mereka adalah berlian yang berkeliaran di sekitar delta Okavango, ” ungkap McCann.
"Ini adalah bencana konservasi, ini berbicara tentang negara yang gagal melindungi sumber dayanya yang paling berharga," imbuhnya.
Belum ada gading gajah yang telah dipisahkan dari bangkainya dan konservasi telah mendesak pihak berwenang untuk menjaga bangkai sehingga pemburu tidak mengambilnya.
Hingga saat ini belum ada laporan kematian gajah di negara-negara tetangga.