Virus Corona

Cerita Dosen ITB Buat Ventilator Indonesia, Rela Dapat Cibiran, Menangis, hingga Tidur di Masjid

Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pencipta Vent-I, Syarif Hidayat (kemeja putih) tengah melihat proses pengerjaan ventilator portable.

TRIBUNWOW.COM - Kisah membanggakan datang dari dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), Syarif Hidayat.

Setelah berjuang keras diwarnai cibiran hingga tangisan, Syarif Hidayat berhasil membuat ventilator Indonesia, di tengah pandemi Virus Corona.

Syarif Hidayat kini bisa menyunggingkan senyum.

Syarif Hidayat, Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) saat uji coba purwarupa produk ventilator darurat yang diberi nama Vent-I (Ventilator Indonesia). (DOK. LAMAN ITB/PRIBADI)

UPDATE Virus Corona di Indonesia Rabu 1 Juli 2020: Tambah 1.385, Jumlah Kasus Positif Capai 57.770

Ia menyenderkan punggungnya di sofa ruang kerjanya, di Masjid Salman ITB.

Ia teringat saat tenaga dan pikirannya dikuras saat menciptakan Ventilator Indonesia (Vent-I).

“Di sinilah saya menghabiskan waktu hampir 6 minggu saat menciptakan Vent-I. Tidur hanya 4 jam di sofa ini setiap malam,” ujar Syarif kepada Kompas.com, Senin (29/6/2020).

Sofa berwarna hitam itu menjadi saksi bagaimana kerja keras Syarif di tengah cibiran, kesulitan bahan material karena Covid-19, hingga keterbatasan dana.

Tantangan Syarif menceritakan awal mula Vent-I tercipta. Saat itu, menyusul kebijakan work from home (WFH) dari pemerintah, ITB memberlakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Diikuti dengan Masjid Salman ITB yang menutup kegiatan masjid sementara waktu untuk memutus rantai penularan virus corona.

Sepulang rapat dari Salman ITB, ia bertemu dengan alumni ITB yang masuk ke dalam tim Gubernur Jabar Ridwan Kamil dalam penanganan Covid-19.

“Dia bertanya, pak bisa bikin sprayer? Saya jawab bisa. Kalau bikin ventilator? Saya jawab, nanti saya pelajari dulu. Jadi ucapan ventilator itu datang dari dia,” tutur Syarif.

Keesokan harinya, Syarif baru mengatakan dirinya bisa membuat ventilator.

Sebagai insinyur, ia punya keyakinan. Apapun yang bisa dibuat manusia, maka ia bisa membuatnya.

Syarif kemudian menugaskan stafnya untuk membeli komponen ventilator.

Dari sana ia tersadar, mafia di alat kesehatan luar biasa.

Halaman
1234