"Jadi virus (corona) itu seperti mengalami hal-hal gaib. Kita kan, punya pengalaman dalam sejarah peradaban manusia, yakni terkait tentang mitos," ungkap Bagus.
Mitos, kata dia, dipercayai bukan karena faktanya. Melainkan dipercaya karena menggugah emosi orang.
Apabila mitos yang tersebar tidak menggugah emosi seseorang, maka orang tidak akan percaya.
Sebaliknya, jika dianggap relevan dan menggugah emosi, orang dapat saja mempercayainya.
" Virus Corona juga begitu, karena tidak terlihat. Karena virus sesuatu yang tidak terlihat, maka orang tidak mudah percaya," jelas Bagus.
• Klaim Mampu Sembuhkan Virus Corona dengan Cium Tangan, Tokoh Suci di India Meninggal Terpapar Covid
Tidak percaya untuk hindari kecemasan
Kendati demikian, ada juga alasan lain yang dapat membuat orang tidak percaya terhadap Covid-19.
Bagus menjelaskan sebagian orang mungkin tidak percaya terhadap adanya wabah Virus Corona ini karena ingin menghindari kecemasan yang akan ditimbulkan.
"Orang mungkin berusaha menghindari dari konsekuensi dari apa yang dia percayai. Bahwa Virus Corona menyebabkan sakit dan Covid-19 ini bisa berakibat fatal dan membahayakan," ungkap Bagus.
Kecemasan itu adalah sesuatu yang objektif, misalnya takut pada singa, atau apapun.
Sedangkan yang dihadapi saat ini kecemasan dengan rasa takut terhadap suatu objek yang tidak jelas.
"Orang itu cenderung tidak suka merasa cemas, maka dari itu mereka lebih memilih untuk menghindari, salah satunya dengan tidak percaya (Virus Corona Covid-19)," papar Bagus. (Kompas.com/Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Viral Seniman Surabaya akan Hirup Covid-19, Ahli Jelaskan Kenapa Orang Tidak Percaya Corona?"