Virus Corona

Nasib Pendidikan di Era Pandemi, KPAI: Kompetensi Bertahan Hidup Lebih Penting daripada Akademik

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Komisioner KPAI Retno Listiarty dalam tayangan Satu Meja The Forum KompasTV, Rabu (3/6/2020).Retno mengungkapkan bahwa saat ini, kompetensi bertahan hidup lebih penting dibandingkan kompetensi akademik.

Usulan tersebut diantaranya adalah pengurangan jam masuk sekolah dan peniadaan jam istirahat.

Perubahan sistem pegajaran juga sedang dirumuskan untuk memfasilitasi guru agar dapat beradaptasi di situasi new normal.

Dilansir Kompas.com, Kamis (28/5/2020), Asisten Deputi Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi Kementerian PPPA Ciput Ekawati menyampaikan hal tersebut dalam webinar.

Ia mengungkapkan telah merekomendasikan sejumlah skenario yang bisa dilakukan untuk dapat menerapkan protokol kesehatan di sekolah.

Satu diantaranya adalah pengurangan waktu belajar menjadi 4 jam sehari tanpa adanya istirahat.

"Namun yang sedang kami rekomendasikan adalah menghilangkan jam istirahat dan memperpendek jam pelajaran, yang sedang didiskusikan masuk 4 jam sehari tanpa jam istirahat," ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga telah merumuskan aturan untuk mengatur jumlah siswa dan memberlakukan physical distancing.

"Jumlah siswa, pengaturan jarak itu pasti akan ada jeda-jeda tertentu. Itu yang sedang diatur," imbuh Ciput.

Di sisi lain, Ciput juga menyinggung kesiapan institusi pendidikan dan tenaga pelajar yang harus bisa beradaptasi pada model pengajaran yang baru.

"Peran institusi pendidikan sudah pasti, jelas para guru harus siap remodeling sistem belajar di kelas," ujar Ciput.

Selain itu, pihak sekolah juga harus menyediakan tempat cuci tangan yang memadai agar tidak terjadi antrean anak-anak.

Ciput kemudian menyoroti permberlakukan pendidikan new normal yang sudah dilaksanakan di Australia.

Saat ini, pelajar di negara tersebut telah mulai menyekolahkan anak didiknya dengan tetap berpegangan pada protokol kesehatan.

"Mereka hanya dua kelas dulu untuk uji coba, termasuk menyiapkan siswa, guru, tenaga pendidik dengan new normal ini," kata Ciput.

Oleh karena itu, pihaknya juga telah mengusulkan mengenai jam masuk dan pulang yang diberlakukan berbeda antar kelas.

Tujuannya untuk mengurangi kerumunan saat akan memasuki atau keluar dari gerbang sekolah.

"Kalau di Indonesia saya pikir bisa disiasati dengan diberi jeda masuknya, satu jam. Jadi masuk dan pulang tidak bersamaan sehingga tidak bertumpuk saat keluar masuk gerbang," tandasnya. (TribunWow.com)