Menurut Ali Ngabalin, pemerintah juga akan mempertimbangkan beberapa indikator penting sebelum benar-benar melangsungkan New Normal.
Mulai dari kesiapan sarana dan prasarana rumah sakit, hingga meningkatkan jumlah pengetesan masif dan pelacakan kasus.
"Termasuk di antaranya adalah kesiapan rumah sakit," katanya.
"Kemudian tadi adalah survaillance-nya, kekuatan seberapa jauh kemampuan pemerintah dalam melakukan tes spesimen," sambungnya.
• Pembukaan Sekolah saat New Normal Jadi Sorotan, Pihak Istana: Jokowi Menomorsatukan Keselamatan
Ali Ngabalin kemudian menyinggung soal vaksin Virus Corona yang belum akan ditemukan dalam waktu dekat.
Oleh karenanya, ketika vaksin belum ditemukan maka virus tersebut juga belum akan bisa diatasi penuh.
Itu artinya mau tidak mau harus bisa menyesuaikan dengan Corona.
"Kemudian juga ada hal yang paling terpenting itu, kita kan mendapatkan pengumuman informasi yang disampaikan oleh organisasi kesehatan dunia terhadap vaksin dan obat yang kemungkinan itu tidak dalam satu dua minggu atau tidak dalam satu dua bulan ditemukan," jelasnya.
"Tapi dua tahun sampai dua tahun delapan bulan begitu informasinya."
"Artinya apa dalam keseharian kita ini bergelut dengan virus, ya kan?" kata Ali Ngabalin menegaskan.
Maka dari itu, melihat kondisi seperti itu, menurut Ali Ngabalin, Presiden harus bisa mengambil kebijakan nyata untuk menyikapi penyebaran Covid-19.
Dikatakannya, Jokowi tentunya tidak ingin masyarakat kehilangan pekerjaan dan penghasilan dalam waktu lama.
Sehingga angka kemiskinan jauh meningkat dan berdampak pada krisis.
Namun disatu sisi, Jokowi juga tidak ingin masyarakat terpapar Virus Corona.
"Itu sebabnya kenapa Bapak Presiden mengatakan harus produktif dan aman," terangnya.
"Presiden itu juga tak mau rakyatnya terpapar Corona juga tak mau lapar ini, rakyatnya tidak boleh lapar," tegas Ngabalin.
• Ditanya Seandainya Jokowi Buat Skripsi Komunikasi saat Corona, Guru Besar UI Terkekeh: Nilainya C
Simak videonya mulai menit ke- 2.20:
(TribunWowc.om/Anung/Elfan)