Virus Corona

Ragukan New Normal Indonesia, Epidemiolog Pandu Riono: Kalau Dibilang Siap, Itu Enggak Ada yang Siap

Penulis: anung aulia malik
Editor: Atri Wahyu Mukti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pakar epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono pada acara SAPA INDONESIA PAGI, Senin (1/5/2020). Pandu menyatakan bahwa Indonesia belum siap memasuki era new normal.

TRIBUNWOW.COM - Istilah new normal atau tatanan kelaziman baru kini semakin santer terdengar.

New normal sendiri memiliki makna untuk hidup seperti biasa namun dengan tetap mengindahkan protokol penanganan Virus Corona (Covid-19) seperti memakai masker dan jaga jarak.

Pakar epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono justru memandang pesimis langkah tersebut.

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jatim sekaligus Direktur Marketing Pakuwon Group, Sutandi Purnomosidi menunjukkan stiker one way yang tertempel di lantai Tunjungan Plaza, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (29/5/2020). Tunjungan Plaza menerapkan aturan one way system untuk menghindari pengunjung saling berpapasan satu sama lain dan berharap aturan ini bisa memperkecil angka penularan Covid-19 khususnya di pusat perbelanjaan. Hal tersebut dilakukan jelang pemberlakuan new normal di Kota Surabaya. (Surya/Ahmad Zaimul Haq)

 

Bersiap New Normal, Jakarta akan Buka Unit Kegiatan Bertahap, Wagub: Masyarakat untuk Tetap Sabar

Menurutnya Indonesia belum siap untuk menerapkan new normal.

Dikutip dari acara SAPA INDONESIA PAGI, Senin (1/5/2020), meskipun menyatakan Indonesia belum siap, Pandu menyarankan langkah tersebut dilakukan dengan tingkat kewaspadaan yang tinggi.

"Siap sih belum, tetapi kita harus memulainya dengan kewaspadaan yang tinggi," ujar dia.

"Jadi kita kalau dibilang siap itu enggak ada yang siap."

Pandu meminta agar proses pelonggaran aturan pembatasan harus selalu dibarengi dengan peningkatan kewaspadaan.

"Tetapi yang penting kita adalah harus menyiapkan dan setiap kelonggaran atau pengurangan pembatasan itu bersama dengan peningkatan kewaspadaan," papar dia.

IDI Imbau untuk Siapkan Diri Hadapi New Normal: Disiplin Protokol Itu Pasti

Hal Wajib saat New Normal

Menyambut new normal, Pandu mengatakan ada hal yang harus dilakukan ketika masyarakat hidup dalam new normal.

Pandu mengatakan penggunaan masker adalah hal yang tidak bisa lagi ditolerir.

"Yang basic adalah semuanya harus menggunakan masker dimanapun mereka pergi," tegas Pandu.

Persiapan New Normal, Pemprov DKI Diminta Buat Jalur Jaga Jarak di Trotoar dan Halte

Menurutnya penggunaan masker adalah satu-satunya vaksin yang dapat digunakan untuk menangkal Covid-19.

"Datang ke suatu kerumunan orang maupun dalam ruangan, ini penting karena satu-satunya vaksin yang kita punya adalah masker," ujar Pandu.

Ia lalu menyoroti adanya masyarakat yang menggunakan masker dengan tidak benar.

"Jadi juga pakainya benar, jangan nanti menggunakannya dilepas, ditaruh di leher. Itu sama saja bohong," kata dia.

Pandu menekankan bahwa penggunaan masker secara baik dan benar sudah menjadi hal yang mutlak dilakukan saat new normal.

"Itu yang menurut saya harus benar-benar diterapkan, tidak ada tawaran lagi," terang dia.

"Itulah satu-satunya cara kita mencegah dan untuk tidak menjadi sumber penular pada yang lain," tambahnya.

Di samping penggunaan masker, Pandu juga menyarankan kepada para instansi kesehatan untuk meningkatkan pengawasan mereka guna mengantisipasi kasus penularan.

"Dan kedua dari pelayanan kesehatan ini harus siap surveilance-nya (pengawasan) harus ketat," kata Pandu.

"Kalau ada kasus penularan langsung bisa diidentifikasi," tambahnya.

Simak videonya mulai menit ke- 4.17:

Ngabalin: Presiden Tak Mau Rakyatnya Kelaparan

Di sisi lain, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Ngabalin memastikan terkait penerapan tatanan kehidupan normal baru atau New Normal merupakan hasil pertimbangan yang matang.

Dilansir TribunWow.com, Ali Ngabalin mengatakan tidak mungkin pemerintah atau Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengambil kebijakan dengan asal-asalan.

Menurut Ali Ngabalin, dalam perencanaan New Normal ini, pemerintah telah membicarakan dengan para pakar dan para ahli yang kompeten terkait kasus Covid-19/

Hal ini disampaikan Ali Ngabalin dalam acara Dua Sisi yang tayang di kanal Youtube Talk Show tvOne, Kamis (28/5/2020).

"Saya pastikan bahwa tidak mungkin satu kebijakan yang diambil oleh pemerintah itu tanpa ada pertimbangan, baik dari pertimbangan penelitian, para ahli, dan lain-lain," ujar Ali Ngabalin.

Menurut Ali Ngabalin, pemerintah juga akan mempertimbangkan beberapa indikator penting sebelum benar-benar melangsungkan New Normal.

Mulai dari kesiapan sarana dan prasarana rumah sakit, hingga meningkatkan jumlah pengetesan masif dan pelacakan kasus.

"Termasuk di antaranya adalah kesiapan rumah sakit," katanya.

"Kemudian tadi adalah survaillance-nya, kekuatan seberapa jauh kemampuan pemerintah dalam melakukan tes spesimen," sambungnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat peninjauan persiapan New Normal di Summarecon Mall Bekasi pada Selasa (26/5/2020). Namun, Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono mengaku tak setuju dengan keputusan tersebut. (channel Youtube Kompas TV)

 

• Pembukaan Sekolah saat New Normal Jadi Sorotan, Pihak Istana: Jokowi Menomorsatukan Keselamatan

Ali Ngabalin kemudian menyinggung soal vaksin Virus Corona yang belum akan ditemukan dalam waktu dekat.

Oleh karenanya, ketika vaksin belum ditemukan maka virus tersebut juga belum akan bisa diatasi penuh.

Itu artinya mau tidak mau harus bisa menyesuaikan dengan Corona.

"Kemudian juga ada hal yang paling terpenting itu, kita kan mendapatkan pengumuman informasi yang disampaikan oleh organisasi kesehatan dunia terhadap vaksin dan obat yang kemungkinan itu tidak dalam satu dua minggu atau tidak dalam satu dua bulan ditemukan," jelasnya.

"Tapi dua tahun sampai dua tahun delapan bulan begitu informasinya."

"Artinya apa dalam keseharian kita ini bergelut dengan virus, ya kan?" kata Ali Ngabalin menegaskan.

Maka dari itu, melihat kondisi seperti itu, menurut Ali Ngabalin, Presiden harus bisa mengambil kebijakan nyata untuk menyikapi penyebaran Covid-19.

Dikatakannya, Jokowi tentunya tidak ingin masyarakat kehilangan pekerjaan dan penghasilan dalam waktu lama.

Sehingga angka kemiskinan jauh meningkat dan berdampak pada krisis.

Namun disatu sisi, Jokowi juga tidak ingin masyarakat terpapar Virus Corona.

"Itu sebabnya kenapa Bapak Presiden mengatakan harus produktif dan aman," terangnya.

"Presiden itu juga tak mau rakyatnya terpapar Corona juga tak mau lapar ini, rakyatnya tidak boleh lapar," tegas Ngabalin.

• Ditanya Seandainya Jokowi Buat Skripsi Komunikasi saat Corona, Guru Besar UI Terkekeh: Nilainya C

Simak videonya mulai menit ke- 2.20:

(TribunWowc.om/Anung/Elfan)