Virus Corona

Soal 'New Normal', Pakar Epidemiolog Sebut Fase Kritis: Orang Ingin Berlebaran, Pakai Baju Baru

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono dalam kanal YouTube Apa Kabar Indonesia tvOne, Kamis (21/5/2020). Pandu Riono mengungkapkan kegeramannya melihat banyaknya kerumunan warga menjelang lebaran.

TRIBUNWOW.COM - Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, membahas wacana new normal, atau kebiasaan hidup baru yang kerap dibicarakan dalam masa pandemi Virus Corona (Covid-19).

Dikutip TribunWow.com, pendapat itu ia ungkapkan dalam tayangan Kabar Petang di TvOne, Kamis (21/5/2020).

Menurut Riono, saat ini masih dalam fase kritis sebelum hari Idul Fitri.

Hari pertama dibuka, pasar murah di gedung serbaguna Pemprov Sumut penuh sesak oleh warga sejak pagi, Minggu (17/5/2020) (Handout/ Kompas.com)

Di Mata Najwa, Bima Arya Geram soal Mal dan Pasar Ramai: Masa yang Lain Perang, Ini Malah Belanja

Hal itu ia sampaikan mengingat animo belanja masyarakat yang tampak seperti tahun-tahun biasanya sebelum masa pandemi.

Seperti diketahui, sejumlah pusat perbelanjaan dipadati pembeli meskipun ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Selama ini dalam penerapan PSBB, masyarakat masih diizinkan keluar rumah untuk keperluan penting seperti belanja kebutuhan pokok atau ke fasilitas kesehatan.

Awalnya, Riono menegaskan pasar dan pusat perbelanjaan lainnya harus diregulasi meskipun ada kelonggaran semacam itu.

"Regulasinya dianjurkan untuk di rumah, mereka diperbolehkan keluar untuk belanja," jelas Pandu Riono melalui sambungan video call.

"Nah, pasar harus diatur. Tidak bisa pasar itu tidak diatur dan dibiarkan begitu saja," tegas Riono.

Membludaknya pengunjung mal, toko pakaian, dan pasar menjelang hari raya disebut Riono sebagai euforia.

"Atau tiba-tiba ada pusat perbelanjaan yang dibuka dan orang seperti berebutan untuk memanfaatkan, jadi semacam euforia," tutur dia.

Ia menyebutkan faktor-faktor yang dapat memungkinkan hal itu terjadi.

Pasar Ramai Lagi, Achmad Yurianto Bantah Ada Relaksasi PSBB: Kami Sedang Buat Skenario-skenario

"Menurut saya, kelengahannya di dua. Pertama, dibuka kesempatan untuk belanja besar-besaran," kata Riono.

"Kedua, tanpa memerhatikan social distancing dan protokol kesehatan lainnya, dan juga masyarakat memanfaatkan itu," lanjut dia.

Ia menyinggung perilaku masyarakat semacam itu adalah akibat selama ini seperti dibatasi untuk bepergian.

Halaman
123