Maka dari itu, melihat kondisi seperti itu, Amien Rais mengatakan memutuskan untuk bergabung.
Dan menurutnya, kubu Prabowo Subianto disebut memiliki kesamaan dalam tujuan.
• Refly Harun Ungkap Sosok Pemimpin yang Dibutuhkan Masa Sekarang, Kharismatis atau Administratif?
Selain itu juga karena pilihannya hanya ada dua, yakni kalau tidak kubu Jokowi yang notabene dari Partai PDI Perjuangan atau Prabowo Subianto dengan partainya Gerindra.
"Jadi sesungguhnya kan kursi, jadi kalau PAN kursinya cuman 48 untuk menampilkan capresnya juga tidak nendang istilah anak-anak itu," ujar Amien Rais.
"Sehingga kita bergabung dengan kekuasaan yang kira-kira lebih kurang sependapat dengan kita, ketemunya Prabowo," jelasnya.
"Karena cuman tinggal dua, Pak Jokowi atau Pak Prabowo, masing-masing mempunyai plus dan minus."
Amien Rais memastikan jika memiliki jatah 75 kursi maka tidak perlu berpikir panjang untuk maju tanpa harus berkoalisi.
"Tapi misalnya kursinya 75 PAN tentu akan mengusung sendiri," tegasnya.
"Dari segi realitas kursinya memang tidak mungkin mas."
• Geisz Chalifah Sebut Pemerintah Terus Sudutkan Anies dan Jadi Oposisi Pemprov DKI: Dari Awal Corona
Sementara itu jika dilihat secara geografis, Amien Rais sebenarnya juga mempunyai chemistry budaya yang sama dengan Jokowi, karena sama-sama berasal dari Solo, Jawa Tengah.
Terlebih ibunya tinggal di Solo yang seperti diketahui basic dari pendukung Jokowi dan PDIP.
Namun menurut Amien Rais, ia tidak mempermasalahkan terkait faktor chemistry, melainkan lebih mengutamakan kebijakan.
Mantan Ketua MPR itu menilai kurang sesuai dengan orientasi kebijakan dari Jokowi.
"Jelas sekali, saya masalahnya bukan chemistry tetapi masalah policy, jadi saya amati from the very begining nampak kalau Pak Jokowi memang orientasinya ke Beijing," kata Amien Rais.
"Begitu dilantik itu negara yang dikunjungi pertama itu bukan negara tetangga, tetapi Beijing," pungkasnya.
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)