Meski begitu, kata Kepala BTKLPP Yogyakarta, Irene, mereka belum mampu mengejar sisa spesimen yang menumpuk.
“Kita kerja di hari libur. Kita harap di hari libur sampel-nya enggak banyak, ternyata libur juga bisa sampai 200 sample."
"Terus kerjanya kita juga dua shift, bukan hanya di jam kerja, tetapi juga sampai malam,” kata Irene ketika ditemui di BTKLPP Yogyakarta.
• Muncul Foto Ariel NOAH Kenakan Jas Lab dan Disebut Jadi Relawan Medis untuk Corona, Ternyata Hoaks
Selain dari Yogyakarta, BTKLPP juga menerima spesimen dari sejumlah kabupaten di Jawa Tengah.
Untuk mengejar spesimen Virus Corona yang terus membanjir, BTKLPP menutup salah satu lab-nya dan mengalihkan personel khusus untuk layanan terkait wabah ini.
Hingga saat ini, BTKLPP masih mengalami keterlambatan empat hari dari spesimen yang masuk.
Artinya, spesimen yang diperiksa pada 15 April sebenarnya telah masuk ke kantor mereka pada 11 April.
Dengan penambahan alat, personel dan ruangan khusus untuk spesimen Corona, Irene menjanjikan pemeriksaan akan lebih cepat pekan depan.
Salah satu kendala mereka, yang juga dialami adalah kelangkaan primer dan reagen.
Laboratorium di seluruh dunia memperebutkan bahan tersebut saat ini.
“Kita berbeda dengan laboratorium lain. Mereka kalau primer habis tutup, kita tidak. Ketika primer habis kita tetap terima sampel. Kalau sehari menerima 150 sampai 200 sampel, tentu akan menumpuk,” tambah Irene.
Perlu Perbaikan Komunikasi
Meski tidak secara khusus melarang warga beraktivitas, suasana kota Yogyakarta relatif sepi pada dua pekan pertama setelah muncul kasus positif Virus Corona.
Pada akhir Maret, sejumlah kampung bahkan menutup akses jalan, dan menjadi viral di media sosial.
Lockdown ala kampung ini kemudian ditiru warga berbagai provinsi dan menjadi pemandangan umum saat ini.