Virus Corona

Isolasi Kota Tegal 4 Bulan, Walkot Tegal Dedy Yon Beri Warga Kurang Mampu Rp 110 Ribu per Bulan

Penulis: anung aulia malik
Editor: Ananda Putri Octaviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono (tengah), Deddy membicarakan terkait isolasi lokal yang ia lakukan di Tegal, Senin (30/3/2020)

TRIBUNWOW.COM - Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono memberikan penjelasan terkait kebijakan isolasi lokal yang ia berlakukan untuk menekan penyebaran Virus Corona (Covid-19) di Tegal.

Dedy menjelaskan dirinya telah memerhitungkan hal-hal yang akan terdampak akibat pelaksanaan isolasi tersebut, khususnya ekonomi.

Ia mengatakan telah mempersiapkan bantuan sembako sebesar Rp 110 ribu yang nantinya akan diberikan kepada warga-warga miskin setiap bulannya.

Local Lockdown di Kota Tegal mulai diberlakukan, ada 35 akses jalan di dalam kota dan 4 akses masuk kota yang ditutup, pada Senin (30/3/2020). (TribunVideo/Radifan Setiawan)

 

Ganjar Pranowo Akui Masih Ada Warga Ngeyel Mudik di Tengah Corona: Diusir Lagi Kan Enggak Bisa

Dikutip dari YouTube Tribunnews.com, Senin (30/3/2020), awalnya Dedy mengatakan ia telah berkomunikasi dengan sejumlah instansi, dan perusahaan terkait kebijakan isolasi yang ia lakukan.

Kemudian Dedy menjelaskan bahwa berdasarkan rapat yang dilakukan, ia telah menyiapkan anggaran untuk warga Tegal selama isolasi berlangsung.

"Kita di Kota Tegal ini kan juga harus mempersiapkan kebutuhan masyarakat," kata Dedy.

"Ini nanti kita sudah mempersiapkan nanti anggaran-anggaran untuk kebutuhan."

Meskipun berencana mengisolasi selama empat bulan, Dedy mengakui baru membahas kebutuhan masyarakat di bulan April, dan Mei.

"Walaupun kita isolasi wilayah 4 bulan, kita baru membahas untuk kebutuhan masyarakat selama dua bulan," jelas Dedy.

Rencananya Dedy akan mengalokasikan anggaran Rp 110 ribu per bulan kepada tujuh persen warga Tegal yang termasuk dalam golongan miskin, yakni 20.000 jiwa.

"Untuk totalnya ada Rp 27 miliar, nanti di antaranya untuk warga masyarakat yang tergolong miskin atau tidak mampu," paparnya.

"Nanti kita akan bantu sembako per orang nilainya Rp 110 ribu untuk di awal ini."

"Ini diharapkan tentunya ini membantu masyarakat Kota Tegal yang membutuhkan," sambung Dedy.

Selain warga miskin, Dedy juga akan memerhatikan bantuan untuk pedagang kaki lima, juru parkir, dan tenaga medis.

Terkait oknum penimbun sembako, Dedy mengatakan akan terus melakukan pemantauan.

"Semuanya harus dipantau, semuanya harus dicek barangkali ada oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab," ujarnya.

Dedy juga menekankan bahwa isolasi tidak mutlak dilakukan selama empat bulan.

"4 bulan ini sifatnya kondisional, kalau dipandang kondisinya membaik, kita tidak harus empat bulan," katanya.

"Yang terpenting untuk dua bulan ini kita sudah memikirkan masyarakat yang tentunya terdampak," tambah Dedy.

Presiden Jokowi Umumkan Pemerintah akan Berikan Insentif bagi Para Pekerja Informal yang Tak Mudik

Lihat videonya mulai menit awal:

Ganjar Sebut Kultur Warga Indonesia Hambat Karantina

 Karantina wilayah telah dipertimbangkan beberapa pemerintah daerah sebagai solusi untuk menekan penyebaran Virus Corona (Covid-19).

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga telah menyatakan akan menanti keputusan pemerintah pusat untuk melakukan karantina wilayah.

Ganjar mengatakan segala urusan terkait proses karantina, segalanya telah dipersiapkan, mulai dari regulasi, hingga prosedur karantina.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Senin (23/3/2020), menunjukan Alat Pelindung Diri (APD) yang diproduksi RSUD Moewardi Solo dengan bahan standar pabrikan yakni Polypropylene Spundbound. RSUD Moewardi Solo mampu memproduksi 200-250 APD yang dapat digunakan untuk para tenaga medis merawat pasien corona. (TRIBUN JATENG/ISTIMEWA)

 

"Kalau regulasinya sudah ada, bagaimana cara mengisolasi, atau karantina, karantina wilayah, karantina mereka pas dirawat di rumah sakit, dan ada yang di rumah juga, itu protokolnya sudah ada," kata Ganjar.

"Kalau sudah ada sebenarnya tinggal dilaksanakan," katanya, dikutip dari YouTube metrotvnews, Senin (30/3/2020).

Namun Ganjar meyakini prosesnya tidak akan berjalan mudah.

Ia mengatakan pada realisasinya, budaya warga Indonesia justru akan mempersulit pelaksanaan karantina.

"Problemnya, kita secara sosiologi, secara kultural itu tidak seperti yang dibayangkan," ujar Ganjar.

"Kita ini masyarakatnya sering kumpul, sering guyub, bertemu, ini butuh merubah pola pikir," tambahnya.

Untuk memastikan karantina dapat berlangsung dengan baik, Ganjar mengatakan perlu dilakukan perubahan pola pikir masyarakat.

"Perilakunya juga berubah, ini yang kemudian diatur, maka dengan mengecilkan ruang gerak sampai tingkat desa," katanya.

Untuk melakukan perubahan pola pikir masyarakat, Ganjar kemudian merangkul para kepala desa.

"Kawan-kawan Kades kemudian mengambil alih posisi ini, mereka ngerti persis kok masyarakat yang ada di bawah itu seperti apa," paparnya.

Virus Corona: Data Tunjukkan Anak Muda Ternyata Tidak Kebal Covid-19, Begini Penjelasannya

Ganjar juga menyinggung terkait masih kurangnya pemahaman masyarakat terkait penanganan Covid-19.

Ia mencontohkan penyemprotan disinfektan pada manusia, yang justru dapat berbahaya apabila bahan disinfektannya tidak tepat.

"Sehingga sekarang lagi ramai orang nyemprot umpama disinfektan, saya ingetin disinfektannya apa isinya," ujar Ganjar.

"Kalau isinya karbol, pembersih pemutih, itu jangan banyak-banyak, itu bahaya kalau dihirup, sudah pakai sabun biasa saja, ini kan latah semuanya."

"Padahal yang dibutuhkan sebenarnya bukan itu," lanjutnya.

Sebelumnya diberitakan, hingga Senin (30/3/2020), terhitung sudah ada 1.414 kasus positif Covid-19 di Indonesia.

Juru bicara pemerintah penanganan Covid-19, Achmad Yurianto menyampaikan korban meninggal telah mencapai angka 122 orang.

Sedangkan 75 pasien telah dinyatakan sembuh.

Lihat videonya mulai menit ke-5:40:

(TribunWow.com/Anung)