Kabar Tokoh

Soal Pesan Sri Mulyani, Pengamat Terorisme Soroti Kaitan Penampilan dan Radikalisme: Alarm yang Baik

Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengamat terorisme UI Ridlwan Habib menjelaskan kadar radikalisme seseorang tidak bisa dinilai hanya dari penampilan luar

TRIBUNWOW.COM - Pengamat terorisme Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib menanggapi pesan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani soal radikalisme di Kementerian Keuangan.

Ridlwan menyampaikan bahwa apa yang disampaikan oleh Sri Mulyani memang benar, namun tidak bisa menilai kadar radikalisme hanya dari penampilan semata.

Dikutip TribunWow.com, mulanya presenter 'SAPA INDONESIA MALAM' Aiman mengutip apa yang telah disampaikan oleh Sri Mulyani soal radikalisme.

"'Menjelang pemilu kemarin itu saya observasi, di kementerian keuangan ada di bawah ketegangan," kata Aiman di acara 'SAPA INDONESIA MALAM' Kompastv, Kamis (19/12/2019).

"Bawahan saya jadi visible (terlihat) ketegangannya, mulai dari appearance, menunjukkan identitas, bahkan untuk beberapa dari mereka mengkotak-kotak secara eksklusif dan ada ketegangan," lanjut Aiman membacakan kutipan dari perkataan Sri Mulyani.

Soal Ucapan Hari Natal, Menag Fachrul Razi: Setiap Orang Tak Boleh Memaksakan Sikapnya

Menanggapi hal tersebut Ridlwan menjelaskan bahwa di Kementerian Keuangan memang memiliki pegawai yang beragam.

"Saya kira memang Kementerian Keuangan harus kita akui mempunyai banyak karakteristik pegawai," katanya.

Kemudian berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti, Ridlwan mengatakan apa yang telah disampaikan oleh Sri Mulyani bukanlah hal yang baru.

"Dan ini sebenarnya bagi kami yang melakukan penelitian tentang berbagai macam gerakan islam transnasional, sebenarnya bukan hal yang baru yang disampaikan Ibu Menteri Keuangan," papar Ridlwan.

Soal menilai radikalisme dari penampilan, Ridlwan membantah hal tersebut.

Menurutnya penampilan seseorang tidak bisa dijadikan tolak ukur apakah orang tersebut adalah orang yang radikal.

"Kita tidak bisa mengukur pemahaman ideologi seseorang, serta-merta hanya dari appearance (penampilan)," ujar Ridlwan.

Ridlwan menerangkan untuk dapat mengetahui potensi radikalisme pada diri seseorang, diperlukan observasi dan evaluasi secara mendalam.

"Tentu harus dengan pendalaman, observasi, harus dievaluasi secara mendalam, orang per orang," tutur Ridlwan.

Namun terkait apa yang disampaikan Sri Mulyani, Ridlwan mengatakan hal tersebut bagus untuk peringatan dini soal radikalisme yang menyebar di badan Kementerian Keuangan.

Halaman
123