TRIBUNWOW.COM - Presiden Indonesia Lawyers Club (ILC) Karni Ilyas menyoroti beragam isu yang berkembang di masyarakat terkait insiden penusukan terhadap Menkopolhukam Wiranto.
Dilansir TribunWow.com dari tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) tvOne, Selasa (15/10/2019), satu di antaranya adalah soal isu bahwa penusukan Wiranto hanyalah settingan.
Karni Ilyas yang mau mengonfirmasi soal hal itu lantas menyinggung pihak RSPAD Gatot Soebroto yang tidak mau hadir di ILC untuk menjelaskan mengenai penusukan Wiranto.
• Direktur Indonesia Indikator: Ratna Sarumpaet Diserang Kalian Percaya, Wiranto Kalian Tak Percaya?
• BREAKING NEWS - Peltu Yunus Ditunda Naik Pangkat dan Ditahan 5 Hari karena Istri Nyinyiri Wiranto
Awalnya, Karni Ilyas menanyakan kepada Analis Media Rustika Herlambang terkait kepercayaan publik mengenai penusukan Wiranto.
"43 persen netizen itu tidak percaya bahwa Pak Wiranto tertusuk," ujar pembawa acara Karni Ilyas meminta pendapat Rustika.
Rustika kemudian membeberkan alasan terjadinya polarisasi di dalam masyarakat.
"Jadi ada satu ruang kosong sebenarnya di masyarakat, 'Sebenarnya apa sih yang membuat Pak Wiranto itu tertusuk?'," jawab Rustika mengawali pengamatannya.
"'Masalahnya apa? Apakah betul tertusuk atau tidak?'."
"Nah kenapa sampai terjadi dalam 3 hari kemarin itu ada lebih dari 90 ribu percakapan dari 26 ribu akun, yang mereka mempertanyakan dan sekaligus meyakinkan bahwa apa yang terjadi pada Pak Wiranto adalah sebuah fakta."
"Ada juga yang meyakinkan bahwa apakah ini rekayasa," ungkap Rustika.
Direktur Komunikasi Indonesia Indikator itu kemudian menjelaskan penelitiannya di media sosial Twitter mengenai fenomena ini.
"Ada beberapa catatan terkait dengan Twitter," ucap Rustika.
"Pertama adalah konteks Twitter itu berbeda dengan media online."
"Media online dia lebih 'presisi' ketika bicara soal Wiranto, bicara soal Twitter dan Facebook, dia memiliki karakter yang berbeda."
"Berbicara soal Twitter, residu soal pilpres itu masih terasa, kemudian ketiga, berbicara soal Twitter 82 persen yang merespons Pak Wiranto adalah kaum milenial."