Pilpres 2019

Sempat Berdebat Sengit di Mata Najwa, Kubu Jokowi dan Prabowo 'Rukun' saat Bicarakan Jan Ethes

Penulis: Vintoko
Editor: Claudia Noventa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kedua kubu pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) tampak saling beradu argumen dalam acara Mata Najwa, Rabu (6/2/2019).

"Kampanye itu kan menyampaikan visi misi program itu kampanye, di luar kalau seseorang tidak menyampaikan visi misi program, apakah itu bukan disebut kampanye, tidak juga," imbuh dia.

Menanggapi pernyataan Nasir Djamil, Irma Suryani mengungkapkan banyak keterlibatan anak-anak dalam kampanye yang dilakukan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

"Saya ingin sampaikan juga dengan Bang Nasir Djamil ini, padahal PKS itu kalau kampanye, ibu-ibunya bawa anak-anak lho, banyak banget malah, yang pakai kaos, pakai kaos tagar ganti presiden dan sebagainya, kaos PKS juga dipakaiin, lho, di anak-anak," urai Irma Suryani.

"Itu kreativitas," timpal Nasir Djamil.

"Lho ini saya bilang tadi, ini bukti," kata Irma Suryani.

"Kita bicara kaos," ujar Nasir Djamil.

Sempat Berdebat Sengit di Mata Najwa, Kubu Jokowi dan Prabowo Rukun saat Bicarakan Jan Ethes

Irma Suryani menilai jawaban Nasir Djamil tidak sesuai dengan pernyataan rekannya di BPN, seperti Miftah Sabri dan Faldo Maldini.

"Kaos itu alat peraga kampanye enggak boleh, kalau kita ngomong sama dengan yang dibilang tadi," ungkap Irma Suryani.

"Mau ngomong bahwa itu bukan kampanye kalau di kubunya tidak salah, kalau di orang lain salah. Nah, inilah yang selalu mereka mainkan," sambungnya.

Mendapat pernyataan itu, kubu Prabowo-Sandiaga langsung kompak membantahnya.

"Harus kompak dong, kalau Miftah enggak masalah, kalau Bung Nasir," timpal Budiman Sudjatmiko.

Lantas, Irma Suryani tampak memuji Miftah karena tidak mempermasalahkan anak-anak dalam kegiatan kampanye.

"Miftah bagus, Miftah bagus," ujar Irma Suryani sambil memberikan jempolnya.

Diberikan jempol, Miftah tertawa sambil menunjukkan dua jari khas pendukung Prabowo-Sandi.

"Faldo pun tadi mengatakan kalau itu ada undang-undangnya bagus, tapi Bang Nasir tadi yang salah menurut saya."

Halaman
1234