TRIBUNWOW.COM - Praktik pesta seks yang terjadi di Sleman Yogyakarta mendapatkan tanggapan dari psikolog.
Dikutip dari TribunJogja, Prof Koestjoro, seorang psikolog dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menjelaskan berbagai alasan mengapa hal tersebut sampai dilakukan.
Menurut dugaannya, yang menjadi peran penonton dalam aksi tersebut merupakan kelompok homoseksual yang telah menikah dengan wanita.
Berdasarkan penuturan dari Koentjoro, hal itu dilakukan untuk meningkatkan gairah dalam melakukan hubungan seksual dengan istrinya walaupun pada dasarnya dia merupakan seorang homoseksual.
"Yang kedua adalah orang-orang ini ingin merasakan sensasi seks yang lebih ditambah rasa ingin tahu yang besar," bebernya Jumat (14/12/2018).
Koentjoro lantas mengamati bagaimana seoranng perempuan yang telah memiliki suami mau melakukan hubungan persetubuhan yang ditonton oleh orang banyak.
Ia lantas menjelaskan secara psikologi, ada beberapa perbedaaan antara laki-laki dan perempuan.
• 5 Fakta Pesta Seks di Jogja, Lakukan Pesta Miras hingga Bisa Terjerat Pasal Perdagangan Manusia
Dijelaskan olehnya, perempuan hanya akan mau berhubungan badan jika sudah memiliki rasa.
Sedangkan seorang laki-laki bisa saja melakukannya tanpa ada rasa apapun.
"Yang jadi masalah adalah, cewek ini ada rasa (karena melakukan dengan suaminya), tapi malunya tidak ada."
"Ini berarti dia sudah memiliki pengalaman serupa yang menghilangkan rasa malunya, dan ini tidak hanya dilakukan sekali," urainya.
Koentjoro juga menyoroti satu hal yang berkaitan dengan uang.
Menurutnya, jika hal tersebut benar terjadi, maka pihak suami telah memanfaatkan bahkan menjual istrinya.
Koentjoro menjelaskan apabila dirinya sempat tidak percaya benar adanya kegiatan pesta seks di Yogyakarta.
Namun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh dirinya dan juga mahasiswanya, ternyata kegiatan tersebut benar terjadi.