Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail mengatakan, indeks dolar diprediksi akan melemah di kisaran 94,80—95.
The greenback juga berpotensi melemah terhadap euro dan poundsterling. Indeks dollar yang tadi pagi dibuka masih ada di atas 95 pun tergerus ke 94,99 menjelang siang hari ini.
Pelemahan dolar AS didorong oleh pernyataan pejabat Federal Reserve St. Louis, James Bullard yang menyatakan bahwa The Fed harus menghentikan kenaikan suku bunga acuan.
“Risiko perang dagang dan data ekonomi yang belum cukup kuat menjadi alasannya,” ungkap Ahmad dalam riset.
Akan tetapi, rupiah kemungkinan belum akan diuntungkan oleh melemahnya indeks dolar.
Pasalnya, risiko mata uang di negara-negara berkembang masih tinggi akibat krisis keuangan yang melanda Argentina, Turki, dan Afrika Selatan.
Di kawasan Asia, dolar AS pun cenderung melemah.
Dolar AS masih menguat terhadap yuan, baht, dan rupee pada pagi ini.
• Soal Nilai Tukar Rupiah, Wakil Ketua Tim Kampanye Jokowi-Maruf: Jangan Dipolitisasi
Dilansir dari data Bank Indonesia, pelemahan rupiah juga terjadi pada masa krisis moneter tahun 1998 di era pemerintahan Presiden Soeharto.
Presiden Joko Widodo menegaskan, pelemahan nilai tukar terhadap dolar AS bukan hanya terjadi terhadap rupiah saja, tetapi juga mata uang negara lain.
"Tidak hanya negara kita, Indonesia, yang terkena pelemahan kurs, tidak hanya Indonesia," ujar Jokowi di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (5/9/2018), seperti dilansir Kompas.com.
Menurut Jokowi, pelemahan rupiah saat ini lebih disebabkan sentimen dari eksternal, seperti kenaikan suku bunga The Fed, perang dagang antara China dan Amerika Serikat, dan krisis yang melanda Turki serta Argentina.
Diketahui rupiah terpuruk ke angka Rp 14.938 per dolar AS, bahkan sempat menyentuh angka Rp 15.029 (TribunWow.com/Rekarinta Vintoko)