Benarkah Mengeluarkan Pelaku Bullying dari Sekolah Cara yang Tepat?

Editor: Maya Nirmala Tyas Lalita
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

Psikolog Universitas Indonesia Ratna Djuwita menilai, terdapat cara yang lebih bijak untuk memberi sanksi tanpa harus mengeluarkan anak-anak yang terlibat aksi bullying.

"Sekolah sebaiknya tidak menerapkan zero tolerance (langsung mengeluarkan siswa jika melakukan kekerasan)," kata Ratna kepada Kompas Lifestyle.

Menurutnya, sebaiknya para pelaku diberikan kesempatan memperbaiki diri.

Karena pada dasarnya seseorang pasti akan bisa berubah ke arah yang lebih baik di kemudian hari.

"Memang perlu ada konsekuensi, tetapi sebaiknya pelaku juga diberi kesempatan memperbaiki diri," tuturnya.

Pemahaman

Psikolog anak Ajeng Raviando mengatakan, yang juga perlu diperhatikan adalah memberikan bantuan secara sistematis pada anak tersebut. Salah satunya dengan memberikan pemahaman bahwa tindakan tersebut salah dan merugikan orang lain.

“Jadi tidak hanya sekadar menghukum,” kata Ajeng kepada Kompas Lifestyle (24/7/2017).

Anak yang menjadi pelaku, kata Ajeng, kerap kali merasa bahwa tindakannya benar karena juga merasa dirugikan, misalnya mendapat celaan.

Sayangnya, saat ini tak banyak orangtua yang benar-benar memberikan pemahaman kepada anaknya harus melakukan apa ketika diejek temannya.

Menurut Ajeng, ajarkan anak untuk tidak membalas dendam dengan mem-bully lagi. Dengan demikian, tidak terjadi lingkaran kekerasan yang tidak putus.

Ajeng mengingatkan bila kebijakan sekolah tetap mengeluarkan pelaku bullying, maka harus bisa dipastikan mereka tetap melanjutkan sekolah.

Perlu juga dipastikan bahwa di sekolah baru mereka tidak menjadi korban bullying lagi karena perbuatan sebelumnya.

“Harus dibangkitkan lagi kepercayaan dirinya, bagaimana perilaku yang tepat bagi dia. Supaya label atau cap tadi secara berangsur dihilangkan,” ujar Ajeng.

Saat ini setiap sekolah memang telah memiliki aturan terkait hukuman aksi perundungan.

Halaman
123