Diketahui, Ali memiliki foto dirinya bersama sang istri dan anaknya.
Setiap ia melihat foto itu pada momen Idul Fitri, ia selalu terbayang masa-masa indah mereka saat masih bersama dahulu kala.
"Setiap idul fitri, mereka sekeluarga selalu berkumpul untuk makan bersama," kata dia lirih.
Tim Tribun Manado menemui Ali saat tengah menyaksikan pembacaan remisi di lapas tersebut.
Terlihat, ia mengamati proses tersebut dengan mashygul.
Ia bahkan mengaku telah menjadi korban peradilan yang sesat.
Pasalnya, ia bersaksi bukan pembunuh anak dan istrinya.
"Saya dijebak, pembunuhnya sudah pernah mengakui itu, Komnas HAM pun sudah memberi rekomendasi, namun proses terhadap saya berjalan terus, saya prihatin," kata dia.
Oleh karena itu, Ali bertekad untuk mencari keadilan.
Ia sudah tiga kali mengajukan grasi.
"Kisah Sengkon Karta menjadi inspirasinya, bahwa ini bisa dilakukan, saya percaya keadilan akan datang pada saya," katanya.
Bukti bahwa dirinya bukan pembunuh anggota keluarganya sendiri adalah adanya pihak keluarga sang istri yang masih rutin mejenguknya tiap Lebaran.
Lebaran Hari Kedua, Ratusan Keluarga Napi Datangi Lapas Cipinang
Ia bercerita untuk selalu diminta tabah oleh pihak keluarga sang istri.
Namun, Ali tidak mengutuk apa yang tengah ia alami saat ini.
Di lapas, Ali terlibat dalam usaha batako yang kini menggeliat di Lapas.
Tak hanya itu, ia juga dikenal aktif membangun Masjid Lapas serta tempat jenguk keluarga.
"Saya ingin berbuat baik untuk membuktikan saya tidak bersalah," kata dia. (TribunWow.com/Natalia Bulan Retno Palupi)