Breaking News:

Sedekah Jadi Berkah, Cerita Anggi Bitho Geluti Budidaya Hidroponik, Sukses Naik Kelas Berkat YDBA

Pemilik Aa818_Hydroponic, Anggi Bitho Lokmanto membeberkan awal mula kisahnya dalam budidaya hidroponik hingga sukses naik kelas bersama YDBA.

Penulis: Vintoko
Editor: Lailatun Niqmah
TribunWow.com/Vintoko
Anggi Bitho Lokmanto (34), pemilik Aa818_Hydroponic saat merawat sayuran di tanah wakaf Pondok Pesantren Mahasiswa Tanwirul Fikr, Jebres, Solo, Jawa Tengah, Senin (30/9/2024). 

Bahkan, omset bisnis hidroponik Anggi bisa meningkat 300 persen saat pandemi Covid-19.

"Karena saat Covid-19, masyarakat ingin konsumsi produk yang sehat dan higienis dan mereka tidak mau belanja ke pasar," terangnya.

Suksesnya Aa818_Hydroponic tentu tidak terlepas dari teknologi hidroponik yang digunakan Anggi.

"Sistem yang kita pakai adalah sistem NFT (Nutrient Film Technique). Kita pakai NFT karena di Solo ini cuacanya sangat panas. Kita dulu pernah DFT (Deep Flow Technique) tapi risiko busuk akar lebih banyak, akhirnya kita ganti total dengan sistem NFT," jelas Anggi.

Sistem NFT, lanjut Anggi, memiliki keunggulan laju panen yang jauh lebih cepat dari budidaya konvensional.

"Biasanya panen konvensional kalau kangkung itu bisa 30 hari tapi kita di 18-25 hari sudah panen, sawi-sawian 30 hari, paling lama selada itu 45 hari baru panen. NFT solusi terbaik untuk hidroponik di daerah panas," kata dia.

Kini, Aa818_Hydroponic telah membudidayakan sebanyak 20 jenis sayuran, mulai dari sawi-sawian, selada, daunt mint, bayam, kale hingga kangkung.

Anggi sangat memperhatikan kualitas produknya, mulai dari sayuran, kemasan, pelayanan hingga pemasarannya.

Dijelaskannya, Aa818_Hydroponic telah sukses memasarkan produknya dari Aceh hingga Papua.

"Kita ada jaminan garansi bila sayuran busuk. Kita ingin menciptakan trust bagi pelanggan yang mau beli. Supaya timbul kritik. Kritik inilah yang akan meningkatkan branding apakah kritik ini hanya dianggap sepele atau kita berikan pelayanan yang terbaik. kalau kita memberikan pelayanan yang terbaik justru branding itu akan meningkat dengan sendirinya," terang Anggi.

Para pekerja Aa818_Hydroponic saat di tanah wakaf Pondok Pesantren Mahasiswa Tanwirul Fikr, Jebres, Solo, Jawa Tengah, Senin (30/9/2024).
Para pekerja Aa818_Hydroponic saat di tanah wakaf Pondok Pesantren Mahasiswa Tanwirul Fikr, Jebres, Solo, Jawa Tengah, Senin (30/9/2024). (TribunWow.com/Vintoko)

Naik Kelas Berkat YDBA

Keberhasilan Anggi dalam budidaya hidroponiknya tidak terlepas dari peran YDBA.

YDBA, kata Anggi, sangat membantu dalam memberikan pelatihan dan pendampingan tentang budidaya hidroponik.

"Kita bersyukur sekali dengan adanya YDBA. Banyak hal yang selalu didampingi dan dimonitoring jadi kita wajib memberikan laporan omset. Tujuannya supaya YDBA dapat membantu memonitoring perkembangan suatu UMKM binaannya, sedang up atau down. YDBA memberikan solusi, mencari expert di bidangnya," kata dia.

Salah satu pembelajaran yang didapat Anggi adalah penerapan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin).

Halaman
1234
Sumber: TribunWow.com
Tags:
ASTRAYayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA)hidroponikSoloJawa TengahUniversitas Sebelas Maret (UNS)YDBA
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved