Breaking News:

Sedekah Jadi Berkah, Cerita Anggi Bitho Geluti Budidaya Hidroponik, Sukses Naik Kelas Berkat YDBA

Pemilik Aa818_Hydroponic, Anggi Bitho Lokmanto membeberkan awal mula kisahnya dalam budidaya hidroponik hingga sukses naik kelas bersama YDBA.

Penulis: Vintoko
Editor: Lailatun Niqmah
TribunWow.com/Vintoko
Anggi Bitho Lokmanto (34), pemilik Aa818_Hydroponic saat merawat sayuran di tanah wakaf Pondok Pesantren Mahasiswa Tanwirul Fikr, Jebres, Solo, Jawa Tengah, Senin (30/9/2024). 

"Akhirnya punya ide, market itu kita berikan ke pondok pesantren, ada yang bersifat gratis atau ada yang berbayar. Berbayar itu sifatnya sukarela dan semampunya," kenang dia.

"Dari sedekah jadi berkah, kita mulai dapat market. Market itu berasal dari jamaahnya. Jadi jamaah yang punya usaha katering atau usaha sampingan itu request ditanamkan sayuran seperti jenis selada," imbuhnya.

Usaha hidroponik Anggi pun semakin berkembang meski omset saat itu belum begitu besar.

Pria kelahiran Karanganyar itu kemudian mematenkan brand produk hidroponiknya dengan nama Aa818_Hydroponic pada 18 Agustus 2018.

"Aa itu nama inisial saya Anggi Bitho dan istri saya, kemudian 818 itu tanggal launching-nya, yaitu 18 Agustus 2018 jadi dibalik. Hingga sekarang, nama brand untuk company branding sudah banyak dikenal," ucap Anggi.

Anggi Bitho Lokmanto (34), pemilik Aa818_Hydroponic saat merawat sayuran di tanah wakaf Pondok Pesantren Mahasiswa Tanwirul Fikr, Jebres, Solo, Jawa Tengah, Senin (30/9/2024).
Anggi Bitho Lokmanto (34), pemilik Aa818_Hydroponic saat merawat sayuran di tanah wakaf Pondok Pesantren Mahasiswa Tanwirul Fikr, Jebres, Solo, Jawa Tengah, Senin (30/9/2024). (TribunWow.com/Vintoko)

Bisnis Hidroponik Makin Berkembang

Lalu pada tahun 2019, Anggi akhirnya 'bertemu' dengan YDBA.

Saat itu, Anggi diminta YDBA untuk membentuk komunitas atau paguyuban yang bergerak di budidaya hidroponik.

Akhirnya, Anggi bersama rekannya berhasil membentuk sebuah komunitas bernama Komunitas Hidroponik Solo Raya dan menjadi ketuanya.

Di komunitas itu, YDBA kemudian memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani hidroponik di Solo Raya.

"YDBA mulai melatih kita tentang mindset, manajemen produksi, manajemen keuangan, perpajakan, badan hukum, cara memasarkan yang baik dan benar, attitude etika bisnis dengan kompetitor atau sesama mitra. Jadi selama mengikuti program YDBA itu ter-branding diri, kita sudah mengetahui cara produksi yang baik dan benar," ungkap Anggi.

Bisnis Anggi pun semakin berkembang dan lahan di Ngringo sudah kewalahan dengan permintaan yang makin meningkat.

Hingga Anggi mendapatkan lahan atau kebun baru seluas 1500 meter persegi di tanah wakaf Pondok Pesantren Mahasiswa Tanwirul Fikr, Jebres, Solo, Jawa Tengah.

"Sejarahnya dulu kita berkembang oleh jamaah, maka kita ingin memberdayakan tanah wakaf yang kaitannya bisa kembali ke jamaah lagi. Sistemnya menggunakan tanah wakaf yang non-produktif kita kelola akhirnya menjadi amal usaha. Kita bagi hasil dengan pondok pesantren yaitu 30 persen dari profit, jadi ketika ada profit kita bagikan," ucap dia.

Omset yang didapat Anggi dan beberapa mitra Aa818_Hydroponic semakin meroket hingga dapat mencapai Rp 25 juta sebulan.

Halaman
1234
Sumber: TribunWow.com
Tags:
ASTRAYayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA)hidroponikSoloJawa TengahUniversitas Sebelas Maret (UNS)YDBA
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved