Breaking News:

Keterbatasan Tak Halangi Goresan Jemariku Kenalkan Batik Pakai JNE ke Seluruh Indonesia hingga Dunia

Sosok inspiratif, Dyan Primadyka, di tengah keterbatasannya tetap jaga eksistensi batik nusantara mengenalkannya ke mancanegara.

|
Penulis: Adi Manggala Saputro
Editor: adisaputro
HO TribunWow.com
Potret Dyan Primadyka, pembatik Batik Toeli Laweyan Solo yang tengah menggambar pola batik kontemporer pesanan orang Belanda, Selasa (25/6/2024). Sosok inspiratif, Dyan Primadyka, di tengah keterbatasannya tetap jaga eksistensi batik nusantara mengenalkannya ke mancanegara. 

"Awalnya ngeblat motif dulu, setelah itu proses pewarnaan, tunggu kering lanjut waterglaass supaya tidak luntur dan awet warnanya, lanjut nglorod untuk menghilangkan malam, kemudian dicuci bersih, setelah itu lanjut dijemur sampai kain kering, baru kemudian kain bisa dijual di toko," ujar Dyan.

Selain membatik, Dyan juga turut mengisi pelatihan batik sekaligus menjadi pendamping bagi wisatawan maupun masyarakat yang ingin berlatih baik di Batik Mahkota maupun Toeli.

Dyan Batik Toeli 22
Potret Dyan Primadyka, pembatik Batik Toeli Laweyan Solo ketika tengah menggambar pola batik kontemporer pesanan orang Belanda, Selasa (25/6/2024).

Bahkan, tak cuma wisatawan lokal, Dyan juga turut mendampingi pelatihan bagi wisatawan mancanegara.

Satu di antaranya dari Jerman, bahkan ia juga sudah berteman dekat dengan Dyan.

"Job kerja 2 tempat disana toeli dan mahkota kalau ada kunjungan pelatihan batik saya juga ajarin bantu anak-anak dan dewasa juga ada temanku bule dari Jerman," bebernya.

Para wisatawan yang datang ke Batik Mahkota atau Toeli untuk melakukan pelatihan mengaku tak mempermasalahkan kondisinya.

Malah, menurut Dyan, para wisatawan justru merasa senang dan tersanjung akan keramahannya.

"Orang yang sedang melakukan kunjungan pelatihan batik biasanya bertanya kepada saya yang disabilitas tuli, bukan merasa tidak nyaman, mereka justru malah merasa bahagia karena keramahan saya membantu pelatihan membatik meski saya tuli," jelasnya.

Di sisi lain, bukti keterbatasan tak membatasi Dyan untuk berkarya dan berprestasi dapat dilihat dari prestasinya saat mengikut lomba batik di beberapa event yang diperuntukkan untuk masyarakat umum.

Bahkan, Dyan sukses keluar sebagai juara 1 lomba membatik mengalahkan masyarakat umum lainnya.

"Saya ikut lomba membatik malam sawit sebagai peserta umum. Saya dapat lolos masuk 32 besar sampai akhirnya berhasil keluar sebagai juara 1," jelas Dyan seraya menunjukkan fotonya saat meraih penghargaan.

Tak semata berkecimpung di batik saja, Dyan juga turut menjadi guru pelatih pantomim di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLB) Surakarta.

Sederet prestasi juga berhasil didapatkan Dyan di bidang Pantomim.

Dyan dan Wisatawan Asing 2
Potret kebersamaan Dyan Primadyka bersama dua wisatawan asing yang berkunjung ke Batik Toeli di Laweyan, Solo.

"Saya job kerja batik dan guru pelatih pantomim sekolah SLB negeri Surakarta. Saya besok Selasa (25/6/2024) turut serta melatih pantomim sekolah SLB negeri Surakarta ikut lomba provinsi Jateng. Kemarin juara 1 pantomim masuk ke provinsi Jateng dan tampil di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) UNS tanggal 2-4 juli," bebernya.

Dyan turut berpesan kepada anak-anak muda untuk senantiasa turut serta melestarikan budaya warisan nusantara, Batik.

Halaman
1234
Tags:
JNEJNE 33 TahunJNE Content Competition 2024Connecting HappinessSoloBatik Toeli
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved