Perang Israel Vs Hamas
Pejuang Palestina Masih Pegang Kendali, Media Israel Akui IDF Tak Bisa Raih Tujuannya di Gaza
Pejuang Palestina, Hamas masih menunjukkan dominasi kekuatannya di Jalur Gaza dalam melawan tentara Israel.
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNNEWS.COM - Pejuang Palestina, Hamas masih menunjukkan dominasi kekuatannya di Jalur Gaza.
Tangguhnya pertahanan serta perlawanan Hamas membuat Israel tidak mendapatkan kesuksesan apa pun dalam perang Gaza.
Hal ini diungkap oleh media Israel Haaretz, Sabtu (6/1/2024), yang menyebut tentara Israel (IDF) memiliki sejumlah target dan tujuan yang telah ditetapkan, namun tak bisa diraih.
Baca juga: CEO McDonals Kecewa Bisnisnya Rugi Besar, Aksi Boikot Imbas Perang Israel Vs Hamas Berdampak Nyata
Target dan tujuan IDF ini adalah menghancurkan kemampuan Hamas, melucuti senjatanya, mencapai kendali keamanan di Jalur Gaza.
"Target lain IDF adalah mendirikan lembaga sipil serupa dengan model Otoritas Palestina di Area B, dan mengamankan kontribusinya dari negara-negara Arab moderat untuk membangun kembali Jalur Gaza,” menurut laporan Haaretz.
Dalam konteks ini, surat kabar Israel tersebut mengatakan komando militer IDF tidak dapat mencapai tujuan pertama untuk melucuti senjata dan menghancurkan kemampuan militer Hamas.
Laporan itu menambahkan kalau gerakan Perlawanan Palestina masih menjadi kekuatan dominan di Jalur Gaza.
Kabinet Perang Israel Terpecah
Laporan soal ketidakberhasilan militer IDF dalam perang Gaza mengiringi kabar perpecahan Kabinet Perang Israel yang dibentuk Kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu setelah Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 silam.
Kabar perpecahan internal pemerintahan Israel itu muncul pada Jumat merujuk sebuah laporan oleh The Times of Israel.
Laporan itu mengungkapkan, perselisihan antara pejabat tinggi Israel meletus setelah membahas topik penyelidikan yang diluncurkan militer Israel terhadap kelemahan keamanan pada tanggal 7 Oktober.
Pejabat partai Likud mengkritik Kepala Staf pendudukan, Herzi Halevi, karena memutuskan untuk menyertakan mantan menteri keamanan Shaul Mofaz dalam penyelidikan, serta waktu penyelidikan.
Mofaz adalah pengambil keputusan penting pada periode menjelang penarikan pasukan pendudukan Israel dari Jalur Gaza pada tahun 2005.
"Ketidaksepakatan tersebut menyoroti ketegangan yang sudah berlangsung lama antara militer Israel dan koalisi Netanyahu mengenai kebijakan Israel terhadap Gaza dan Palestina," The Times of Israel melaporkan.
Baca juga: Israel Tak akan Pergi dari Gaza dalam Waktu Dekat, Ungkap Masa Depan Perang dengan Hamas
Perselisihan juga terdeteksi dalam kabinet perang dan kabinet yang diperluas, terutama mengenai rencana Israel untuk “sehari setelah” perang di Jalur Gaza.
"Masalah ini telah memicu ketegangan yang signifikan antara tokoh-tokoh penting di pemerintahan Israel," kata koresponden urusan politik KAN Israel, Mikhail Shemesh, pada Kamis.
Sumber: Tribunnews.com
Hamas akan Nyatakan Kemenangan dalam Perang Gaza Lawan Israel setelah Kesepakatan Gencatan Senjata |
![]() |
---|
Tentara Israel IDF Diklaim Alami Rugi Besar di Jabalia, Disebut Lakukan Serangan Tanpa Arah |
![]() |
---|
Kegagalan Intelijen Israel pada 7 Oktober Buktikan Hamas Sulit Disusupi |
![]() |
---|
Ali Khamenei Sebut Tak Butuh Pasukan Proksi: Pejuang Perlawanan Bertempur atas Keyakinan Sendiri |
![]() |
---|
Ali Khamenei Tegas Teheran Katakan Tidak Butuh Pasukan Proksi seperti Hizbullah-Houthi |
![]() |
---|