Pilpres 202
Hasil Survei Terbaru Elektabilitas Ganjar Turun di Jawa Tengah, Pengamat Sebut Efek Jokowi-Gibran
Turunnya elektabilitas Capres Ganjar Pranowo di Jawa Tengah dalam beberapa survei, menjadi sorotan, ini jata pengamat.
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Turunnya elektabilitas Capres Ganjar Pranowo di Jawa Tengah dalam beberapa survei, menjadi sorotan.
Menurut Pengamat Psikologi Politik Universitas Negeri Sebelas Maret Solo (UNS), Moh Abdul Hakim, penurunan elektabilitas Ganjar-Mahfud ini berkaitan dengan cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka.
Hakim menilai, majunya Gibran sebagai cawapres Prabowo, membuat suara pemilih Jawa Tengah yang merupakan 'kandang banteng' terpecah.
Baca juga: 6 Hasil Survei Terbaru Capres-Cawapres, Prabowo-Ganjar Saling Sikut, Cek Paslon yang Mendominasi
"Ada dua faktor. Efek Jokowi dan sosok Gibran mengamplifiksi. Awalnya, skeptis terhadap Gibran, ternyata dengan caranya sendiri menarik minat masyarakat."
"Survei elektabilitas Gibran sekarang sangat kuat. Dia punya model komunikasi lokalan seperti ngomong bareng di angkringan. Itu rasa politik masyarakat Jawa Tengah, di mana wilayah ini menjadi battle ground Pilpres 2024," kata Hakim kepada Tribunnews, Jumat (5/1/2023).
Selain Gibran efek, Jokowi efek juga disebut memengaruhi suara pemilih di Jawa Tengah.
"Pada Pilpres lalu, mindset politik berbasis aliran terpatahkan karena kemenangan Jokowi yang diusung PDIP, ternyata lebih ke personalisasi."
"Setelah Jokowi memimpin dua periode, PDIP justru memperkuat basis elektoral dan asosiasi sendiri. Sampai sekarang pengaruh Jokowi lebih kuat, bahkan melebihi PDIP itu sendiri," katanya.
Lebih lanjut Hakim menilai ketokohan Gibran membuka tren migrasi dukungan terhadap dirinya di Pilpres nanti, dari kantong-kantong massa kandang banteng Jawa Tengah.
Menurutnya, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi dengan drama-drama yang terjadi.
"PDIP banyak memainkan politik drama. Misalnya insiden kader PDIP Boyolali berkonflik dengan tentara. PDIP (seolah-olah korban loyalitas dan teraniaya). Narasi seperti itu mulai ditinggalkan. Ini mungkin yang membuat PDIP semakin terjepit," katanya.
Ia juga menyoroti tingginya pemilih bimbang atau undecided voters mencapai 6-7 persen. Angka ini menyulitkan pencapaian misi satu putaran pemungutan suara pilpres.
Kehadiran Jokowi di Jateng untuk meresmikan sejumlah proyek nasional beberapa waktu lalu, lanjut Hakim, pantas diduga untuk menekan angka tersebut.
"Meski (secara gamblang) Jokowi belum clear juga mau berpijak ke mana, tapi harus ada effrort lebih kuat agar merebut 6-7 persen undecided voters yang kebanyakan kalangan berpendidikan atau malah dari kalangan apatis sama sekali," ungkap dia.
Kedatangan Jokowi di Jateng belakangan ini dinilai bukan secara acak. Terdapat beberapa daerah bukan basis massa PDIP yang potensial bergeser dukungan seperti pantura, Banjarnegara dan Pekalongan.