Perang Israel Vs Hamas
Perancis Jadi Negara yang Diam-diam Beri Dukungan Penuh atas Israel untuk Menyerang Palestina
Pasukan Emmanuel Macron memberikan izin pada pemerintah Israel untuk melakukan pembantaian ribuan warga sipil Palestina
Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Perancis jadi negara yang memberikan dukungan penuh untuk kejahatan yang dibuat oleh Israel.
Dikutip dari Middle East Eye, Perancis melalui Presiden Emmanuel Macron membuat dukungan penuh ke Israel tanpa syarat, Jumat (24/11/2023).
Hal ini terlihat saat Perancis pada 16 Oktober lalu menentang revolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk kekerasan pada warga sipil.
Baca juga: BREAKING NEWS: Israel Setujui Gencatan Senjata dengan Hamas 4 Hari, Para Tahanan Dibebaskan Bertahap
Perancis mengatakan pembelaan pada Israel dengan dalih "hak untuk membela diri".
Selain itu, Perancis juga pura-pura mengatakan seruan gencatan senjata di mana langkah itu sudah sangat terlambat.
Dukungan ke Israel itu dibuat atas tanggapan berpihak menganggap serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu adalah suatu kejahatan.
Pasukan Emmanuel Macron bahkan memberikan izin pada pemerintah Israel untuk melakukan pembantaian ribuan warga sipil.
Baca juga: Israel Ogah Stop Serang Gaza, Tak Peduli Warganya yang Disandera Hamas Turut Jadi Korban
Tak ada kata-kata yang cukup untuk menggambarkan keseraman yang ditunjukkan oleh para pemimpin di dunia barat.
Mereka terus menurup mata terhadap kejahatan perang Israel dan kejahatan genosida di Gaza.
Pada saat yang sama, Amerika Serikat telah memberikan bantuan untuk Gaza.
Selain itu ada negara Eropa yang terus mengusung prinsip-prinsip kemanusiaan.
Namun, Perancis justru melakukan hal sebaliknya dengan memberikan perlindungan politik, ekonomi, dan militer bagi kejatahan genosida Israel.
Diketahui, saat ini Israel dan Hamas telah bersepakat untuk melakukan gencatan senjata sejak Jumat pagi waktu setempat.
Baca juga: Hamas Siap Beri Pelajaran ke Israel, Sebut akan Ada Serangan yang Sama saat 7 Oktober Lalu

Dikutip dari Ap News, Israel dan Hamas sepakat untuk menghentikan pertempuran selama empat hari.
Mereka juga akan memberikan kebebasan bagi puluhan sandera yang ditahan di Jalur Gaza, Palestina.
Hal ini disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Qatar yang mengatakan pihaknya akan mengumumkan soal sandera yang dibebaskan.
Sebanyak 50 sandera akan dibebaskan secara bertahap sebagai imbalan bahwa 150 orang Palestina ditahan di Israel.
Mereka yang dibebaskan adalah perempuan dan anak-anak yang jadi tawanan.
Pembebasan sandera itu akan dimulai setelah 24 jam pengumuman gencatan senjata dilakukan kedua belah pihak.
"Pemerintah Israel berkomitmen memulangkan semua sandera. Malam ini, pemerintah menyetujui garis besar tahap pertama untuk mencapai tujuan ini," kata kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Baca juga: Bagaimana Aplikasi Telegram Bisa Bekerja Jadi Senjata yang Mengerikan dalam Perang Israel Vs Hamas
Bukan tanpa sebab, Israel menyetujui gencatan senjatan jelang pemungutan suara kabinet yang akan segera dilakukan.
Setelahnya, perang akan tetap dilakukan setelah gencatan senjata diakhiri.
Diketahui perang Israel vs Hamas kembali meletus pada 7 Oktober 2023 lalu.
Saat itu Hamas mengadakan serangan yang disebut Badai Al Aqsa untuk membalas kekejaman Israel selama ini.
Mereka menghancurkan perbatasan Israel dan menyandera ratusan orang.
Israel menanggapinya dengan serangan udara dahsyat selama berminggu-minggu di Gaza, diikuti dengan invasi darat yang dimulai lebih dari tiga minggu lalu.
Hingga berita ini diturunkan, sudah lebih dari 14.000 orang menjadi korban perang tersebut.
Invasi tersebut telah menyebabkan kehancuran besar di Gaza utara, termasuk Kota Gaza.
Perang menyebabkan sekitar 1,7 juta orang mengungsi dan menyebabkan krisis kemanusiaan dengan kekurangan makanan, obat-obatan, bahan bakar dan pasokan penting lainnya di seluruh wilayah. (TribunWow.com/ Tiffany Marantika)