Ponpes Al Zaytun dan Ajarannya
Anggap Al Zaytun Madinahnya Indonesia, Ratusan Ribu Pengikut Panji Gumilang Kumpul Tiap Muharram
Eks pengikut Panji Gumilang mengungkap ajaran yang menganggap Al Zaytun sebagai Madinah-nya Indonesia.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Karena itulah salat belum diwajibkan dan kekerasan maupun perampasan harta masih diizinkan demi membayar infak ke Ponpes.
Lewat ajaran tersebut, Ken Setiawan menilai Ponpes Al Zaytun sejatinya ingin memberikan doktrinasi terkait politik dan negara, bukannya berkaitan dengan agama.
"Mereka sebenarnya dididik untuk menjadi seorang negarawan bukan agamawan. Maka tidak heran di Al Zaytun ibadah pakai jas, pakai dasi," tandasnya.
Ia pun berharap Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kemenag segera mengeluarkan fatwa terkait Ponpes tersebut.
"Sejatinya ini adalah gerakan makar NII," tegas Ken Setiawan.
"Sehingga fatwa untuk NII dan Al Zaytun segera dikeluarkan. Ini sudah sangat membahayakan."
Baca juga: Pimpinan Ponpes Al Zaytun Sempat Pamer Galangan Kapal ke Kemenag Jabar, Pemkab Indramayu Bertindak
Bahkan menurut sepengetahuannya, pimpinan Ponpes Panji Gumilang, berkaitan erat dengan organisasi terlarang Negara Islam Indonesia (NII).
Hal ini terlihat dari misi tersembunyinya untuk mendirikan negara Islam melanjutkan perjuangan DI TII Kartosuwirjo.
"Makanya dia ada juga lembaga kerasulan, siasat perang. Covernya perdamaian dan toleransi biar ngak ketahuan. Kelihatan propemerintah padahal aslinya tidak," tutur Ken Setiawan.
"Orang yang mau belajar dimanfaatkan Panji Gumilang, UUD, ujung-ujungnya duit. Boleh mencuri, merampok, menghalalkan segala cara. Novel 'Tuhan Ijinkan Aku Jadi pelacur' itu NII. Jadi merampok orang kafir itu nggak apa kata mereka.".
"Jadi mereka cari uang. Mereka zakatnya bukan beras tapi uang. Memberi harta itu boleh, karena nanti kalau NII dan Al Zaytun menang nanti dikembalikan," pungkasnya. (TribunWow.com/Tami/Via)
Baca artikel lain terkait Ponpes Al Zaytun