Pemilu 2024
Apple to Apple Masa Akhir Kepemimpinan Jokowi dan SBY, Kader PDIP Dinilai Lebih Punya Nyali
Jokowi selaku Presiden dinilai terlalu ikut campur dalam soal penentuan pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres)
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jusuf Wanandi memiliki pandangan soal sosok Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Jusuf Wanandi membandingkan Jokowi dan SBY saat menjabat jadi presiden di akhir periode kedua masa kepemimpinan mereka.
Selain itu, SBY dan Jokowi adalah presiden di era Reformasi yang dua periode terpilih melalui Pemilihan Umum (Pemilu) secara langsung.
Baca juga: Prabowo Disebut Tak Akan Dapat Manfaat dari Temui Gibran, Pengamat Ungkit Status Anak Jokowi
Jusuf Wanandi berpandangan, sikap ragu-ragu SBY di akhir masa kepemimpinan pada periode 2009–2014, terlihat saat adanya wacana konvensi Partai Demokrat terkait calon presiden periode selanjutnya.
“Mula-mula dia mau laksanakan, sudah kumpul semua, sudah berhenti semua sebagai menteri, tapi ternyata akhirnya dibatalkan begitu saja. Jadi you can see no guts (anda bisa lihat tidak punya nyali),” kata Jusuf dalam acara ROSI Kompas TV yang tayang Kamis (25/5/2023).
Sementara itu, Jusuf menilai Jokowi di akhir periode kedua masa kepemimpinannya cukup bernyali.
Baca juga: Prabowo Ungguli Ganjar Pranowo dalam Survei Terbaru, Jokowi Dinilai Ikut Beri Dukungan ke Menhan
Menurut dia, nyali tersebut terlihat ketika Jokowi berusaha mempertahankan terkait siapa calon presiden yang akan menggantikannya.
“Nah kalau kita lihat Pak Jokowi ini memang simple man but he has guts and not only gets he does his work also untuk mencapai ini (Jokowi memang sederhana tetapi punya nyali dan dia dia mau berusaha untuk mencapai ini),” ujarnya.
Jusuf berpandangan Jokowi berkeinginan agar kepemimpinan dan kebijakan yang telah dibuatnya selama dua periode ini tidak menjadi percuma.
Maka itu, Jokowi ingin terlibat dalam proses penentuan calon penggantinya tersebut.
Menurut Jusuf, hal yang dilakukan Jokowi itu bukan katagori abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaan, termasuk saat Jokowi mengumpulkan sejumlah petinggi partai politik di Istana.
Baca juga: Anas Urbaningrum Kutip Cuitan SBY yang Bahas soal Pemilu 2024: Lebih Baik Tetap Menunggu Putusan MK
Jusuf menilai hal itu sebagai sesuatu yang baik karena Kepala Negara berusaha hingga akhir masa jabatannya.
“Kalau melihat dari dia (Jokowi) ini orangnya, memang saya kira he see this (dia melihat) bahwa dia mau melanjutkan pembangunan ini. Dan dia sebagai rakyat kecil kan dulu merasakan bagaimana ketinggalan mereka. Jadi sekarang he is trying to do his best to continue as long as possible (Jokowi mencoba memberikan yang terbaik untuk melanjutkan programnya selama mungkin),” ucap Jusuf.
Selain itu, Jusuf melihat Jokowi sebagai sosok yang antusias dalam melakukan segala sesuatu.
Jusuf pun berharap sikap itu membuat Jokowi melakukan atau mengambil keputusan yang lebih baik.
Sumber: Kompas.com
4 Fakta Sidang Sengketa Pileg 2024 yang Disidangkan MK Mulai Hari Ini, PPP dengan Perkara Terbanyak |
![]() |
---|
Partai Pengusung Gibran saat Pilwalkot Nilai Sebutan Khilaf PDIP Kurang Pas, Hanya Emosional Sesaat |
![]() |
---|
Daftar 19 Caleg Perempuan Partai Gerindra yang Lolos ke DPR RI, Bertambah dari Periode 2019-2024 |
![]() |
---|
Hasto Klaim PDIP Menang 3 Kali Pemilu meski Tanpa Jokowi, Singgung Suara PSI yang Tak Bisa Lolos |
![]() |
---|
Daftar 3 Pendakwah yang Gagal Melaju ke Senayan, Ada Caleg Petahana hingga Ustaz Yusuf Mansur |
![]() |
---|