Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Menlu Putin Ultimatum Ukraina, Ancam Segera Penuhi Tuntutan Rusia jika Tak Ingin Dibumihanguskan

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengultimatum Ukraina agar memenuhi tuntutan Rusia.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AFP
Potret Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov. Lavrov mengultimatum Ukraina agar memenuhi tuntutan Rusia. 

TRIBUNWOW.COM - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov telah memberikan ultimatum kepada Ukraina.

Dilansir TribunWow.com, tangan kanan Presiden Rusia Vladimir Putin tersebut meminta Ukraina untuk memenuhi tuntutan Moskow.

Antara lain termasuk menyerahkan wilayah Ukraina yang sekarang dikuasai Rusia, jika tidak maka tentara Rusia yang akan memutuskan nasib Ukraina.

Baca juga: Rusia Kini Disebut Fokus Bertahan dari Serangan Ukraina, Pasukan Putin Sibuk Pasang Ranjau

Hal ini diungkapkan Lavrov sehari setelah Putin sekali lagi mengatakan dia terbuka untuk pembicaraan damai.

Lavrov mengatakan kepada Kyiv bahwa demi kebaikannya sendiri, Ukraina harus mematuhi keinginan Moskow.

"Proposal kami untuk demiliterisasi dan denazifikasi wilayah yang dikendalikan oleh rezim, penghapusan ancaman terhadap keamanan Rusia yang berasal dari sana, termasuk tanah baru kami, sudah diketahui oleh musuh," ujar Lavrov dikutip Al Jazeera, Selasa (27/12/2022).

“Intinya sederhana: Penuhi itu untuk kebaikan Anda sendiri. Jika tidak, masalah ini akan diputuskan oleh tentara Rusia,"

Ditanya berapa lama konflik akan berlangsung, Lavrov mengatakan bahwa hal tersebut tergantung pada Ukraina dan AS yang mendukung di belakangnya.

Warga Ukraina menghadiri ibadat Misa Natal di gereja di tengah perang dengan Rusia, Minggu (25/12/2022).
Warga Ukraina menghadiri ibadat Misa Natal di gereja di tengah perang dengan Rusia, Minggu (25/12/2022). (YouTube CBS Evening News)

Baca juga: Rusia dan Ukraina Kembali Gelar Pertukaran Tahanan, Puluhan Orang Dibebaskan Termasuk Warga AS

Sebelumnya, pada hari Minggu (25/12/2022), Putin kembali mengatakan Moskow terbuka untuk negosiasi.

Ia menyalahkan Kyiv dan pendukung Baratnya kurang berusaha meningkatkan diplomasi.

Namun, komentar ini dianggap tidak tulus oleh AS.

Adapun saat perang kini memasuki bulan ke-11 dan terlepas dari banyak kemunduran di medan perang untuk Moskow, pasukan Rusia terlibat dalam pertempuran sengit di timur dan selatan Ukraina.

Sementara serangan rudal dan pesawat tak berawak Rusia telah menghancurkan infrastruktur sipil Ukraina, meninggalkan jutaan orang tanpa listrik, pemanas, dan air.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dalam pidato video malamnya pada hari Senin bahwa situasi di garis depan di wilayah Donbas sulit dan menyakitkan serta membutuhkan kekuatan dan konsentrasi semua negara.

Dia mengatakan bahwa sebagai akibat dari penargetan infrastruktur energi Ukraina oleh Rusia, hampir sembilan juta orang sekarang hidup tanpa listrik.

Angka itu berjumlah sekitar seperempat dari populasi Ukraina.

Sejak invasi pada bulan Februari, Ukraina telah mengusir pasukan Rusia dari utara, mengalahkan mereka di pinggiran ibu kota Kyiv dan memaksa mundurnya Rusia di timur dan selatan.

Tetapi Moskow masih menguasai petak-petak tanah timur dan selatan yang diklaim Putin telah dianeksasi.

Baca juga: Bukan Vladimir Putin, Elite di Rusialah yang akan Jadi Penentu Kapan Konflik di Ukraina Berakhir

Rusia Beri Hadiah Natal 74 Tembakan Rudal ke Ukraina

Sedikitnya 10 orang tewas akibat penembakan di Kherson, Ukraina oleh militer Rusia pada Sabtu pagi, (24/12/2022).

Dilansir TribunWow.com, 58 orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka, sementara 18 di antaranya dalam kondisi kritis.

Penyerangan tersebut dilakukan menjelang perayaan natal, di mana masyarakat Ukraina biasanya berkumpul dengan keluarga.

Baca juga: Rayakan Natal di Tengah Perang dengan Rusia, Penduduk Ukraina: Ini Tak akan Sama seperti Sebelumnya

Kabar tersebut disampaikan kepala administrasi militer regional Kherson, Yaroslav Yanushevich.

Sebelumnya, kantor kejaksaan wilayah Kherson melaporkan adanya sejumlah orang tewas akibat serangan tersebut.

"Fasilitas infrastruktur sipil rusak, termasuk bangunan tempat tinggal, gedung perkantoran, dan kendaraan," kata kantor kejaksaan dikutip bbc.com.

Menurut pihak berwenang setempat, pasar dan pusat perbelanjaan juga diserang, akibat penembakan itu, enam mobil terbakar.

Layanan Darurat Negara Ukraina meyakini bahwa kota itu dihancurkan oleh beberapa peluncur roket Grad.

Potret terabru kantor administratif di Kherson, Ukraina yang terlihat sepi tanpa adanya kegiatan, tampak bendera Rusia juga sudah tidak dipasang di puncak bangunan, Kamis (3/11/2022).
Potret terabru kantor administratif di Kherson, Ukraina yang terlihat sepi tanpa adanya kegiatan, tampak bendera Rusia juga sudah tidak dipasang di puncak bangunan, Kamis (3/11/2022). (Telegram/ SobolevskyiYurii)

Baca juga: Ukraina Klaim Ada 400 Kasus Kejahatan Perang di Kherson, Zelensky Sebut Ulah Tentara Rusia

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menerbitkan foto konsekuensi penembakan di pusat Kherson.

"Negara teroris terus membawa dunia Rusia dalam bentuk penembakan terhadap penduduk sipil. Kherson. Pada Sabtu pagi, pada Malam Natal, di bagian tengah kota. Ini bukan fasilitas militer, ini bukan perang oleh aturan. Ini adalah teror, ini adalah pembunuhan demi intimidasi dan kesenangan, " tulis Zelensky.

Pihak berwenang Rusia tidak mengomentari insiden tersebut.

Kepala pemerintahan daerah Kherson, Yaroslav Yanushevich, mengatakan bahwa dalam beberapa hari terakhir, pasukan Rusia menembaki wilayah Kherson sebanyak 74 kali.

Sementara itu, di bagian timur, di wilayah Donbas, dan di selatan, para prajurit duduk bersama kawan, bukan keluarga, untuk makan bubur Natal tradisional dari biji opium, gandum dan kismis yang disebut kutya.

Adapun pertempuran sengit masih berkecamuk dan Rusia terus menembaki pusat-pusat sipil, termasuk kota selatan Kherson di mana 10 orang tewas pada Malam Natal.

Dalam pidato video kepada bangsa pada Sabtu malam, presiden Ukraina, Volodmyr Zelensky, menyemangati warganya agar dapat bertahan di musim dingin.

"Kami akan merayakan liburan kami. Seperti biasanya. Kami akan tersenyum dan bahagia. Seperti biasanya. Bedanya satu. Kami tidak akan menunggu keajaiban. Lagipula, kami membuatnya sendiri," kata Zelensky.

Dan sementara orang Ukraina telah mencoba merayakan Natal di tengah krisis yang berkelanjutan, sebagian besar, seperti Oksana, hanya mencoba bertahan.

Di taman VDNG di pinggiran Kyiv, tidak lama sebelum Natal, beberapa keluarga berswafoto di depan pohon Natal dengan latar belakang beberapa monumen kota era Soviet yang luas.

Saat salju baru turun, para pekerja membersihkan arena seluncur es yang kosong, dan kios-kios menyiapkan makanan ringan tradisional daging dan sayuran panggang, serta kuali berisi anggur.

Alina Vlasiuk sedang membeli permen untuk putranya, Maksym (2), dan mengunjungi taman bersama saudara laki-lakinya, Serhii.

"Kami tinggal di dekatnya dan kami datang karena kami tidak memiliki listrik di apartemen kami. Lebih baik daripada duduk dalam kegelapan," kata Vlasiuk.

Kenyataannya, bahkan kapan merayakan Natal telah menjadi isu yang sangat dipolitisasi di tengah perang.

Selama berabad-abad orang Ukraina merayakan Natal pada 7 Januari, tanggal kelahiran menurut kalender Julian.

Tetapi setelah invasi Vladimir Putin pada bulan Februari, gereja Ortodoks Ukraina mengizinkan jemaatnya untuk pertama kalinya merayakan Natal pada tanggal 25 Desember, menjauh dari Rusia dan mengarah ke barat.

"Kami takut untuk tinggal dan merayakannya di kota ini karena kami khawatir Rusia akan melakukan provokasi selama liburan," kata Vlasiuk.(TribunWow.com/Via)

Berita terkait lainnya

Tags:
Vladimir PutinUkrainaRusiaPerangSergey Lavrov
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved