Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Korea Utara Bantah Kirim Senjata ke Rusia, Sebut Klaim AS soal Perang Ukraina Hanya Pengalihan Isu

Korea Utara membantah tudingan AS yang menyebut pihaknya mengirim senjata ke Rusia.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
YouTube/BBC News
Presiden Korea Utara Kim Jong Un. Terbaru, Korea Utara membantah tudingan AS yang menyebut pihaknya mengirim senjata ke Rusia. 

TRIBUNWOW.COM - Kementerian luar negeri Korea Utara membantah telah mengirim roket dan rudal ke tentara bayaran Rusia, Wagner Group.

Dilansir TribunWow.com, Korea Utara mengecam laporan Amerika Serikat yang menyebut pihaknya mengirim senjata untuk mendukung perang Rusia di Ukraina.

Namun, hal ini berlawanan dengan data-data yang diperoleh pihak AS terkait distribusi senjata dari Pyongyang ke Moskow.

Baca juga: Diserang Sanksi oleh AS dkk, Putin Klaim Rusia Justru Jadi Negara Paling Stabil di G20

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan Korea Utara telah mengirim pasokan senjata awal ke Grup Wagner.

Organisasi yang terlibat dalam perang Ukraina itu memang tengah mencari produsen senjata di seluruh dunia yang dapat memasok kebutuhan militernya di Ukraina.

"Kami dapat mengonfirmasi bahwa Korea Utara telah menyelesaikan pengiriman senjata awal ke Wagner, yang membayar peralatan itu. Bulan lalu, Korea Utara mengirimkan roket infanteri dan rudal ke Rusia untuk digunakan oleh Wagner," kata Kirby dikutip Al Jazeera, Kamis (22/12/2022).

Pengunjung mengenakan kamuflase militer di gedung kantor tentara bayaran Wagner Center di St Petersburg, Rusia.
Pengunjung mengenakan kamuflase militer di gedung kantor tentara bayaran Wagner Center di St Petersburg, Rusia. (AFP/ Olga Maltseva)

Baca juga: Warga Rusia Tewas Disiksa Kelompok Wagner, Dipukuli dengan Palu dan Direkam hingga Videonya Viral

Ekspor senjata Korea Utara telah dilarang di bawah resolusi Dewan Keamanan PBB yang diberlakukan di negara itu karena upayanya dalam mengembangkan senjata nuklir.

AS memperkirakan Wagner memiliki 50 ribu personel yang dikerahkan di Ukraina, termasuk 10 ribu kontraktor dan 40 ribu narapidana yang direkrut dari penjara Rusia.

Apalagi Presiden Rusia Vladimir Putin semakin bergantung pada bantuan Wagner untuk konflik di Ukraina yang mengalami kemunduran.

Pemilik Wagner, Yevgeny Prigozhin, membantah pernyataan AS tersebut sebagai gosip dan spekulasi belaka.

Namun, Kirby mengatakan bahwa Prigozhin sendiri diperkirakan menghabiskan lebih dari $100 juta per bulan untuk mendanai operasi tentara bayarannya di Ukraina.

Menanggapi laporan media tentang dugaan pengiriman amunisi ke Wagner, juru bicara kementerian luar negeri Korea Utara mengatakan berita itu benar-benar salah.

Selain itu, pihaknya juga menyebut bahwa isu tersebut adalah pengalih perhatian yang paling tidak masuk akal, yang tidak layak dikomentari atau ditafsirkan.

"DPRK (Republik Demokratik Rakyat Korea) tetap tidak berubah dalam pendirian prinsipnya pada masalah 'transaksi senjata' antara DPRK dan Rusia yang tidak pernah terjadi," kata juru bicara tersebut, menurut pernyataan yang disiarkan di Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korut.

Menurut sang pejabat Korea Utara, AS dengan sendirinya membawa pertumpahan darah dan kehancuran ke Ukraina dengan menyediakan berbagai jenis senjata mematikan.

Duta Besar Inggris untuk PBB, Barbara Woodward, mengatakan dalam sebuah tweet pada hari Jumat bahwa London setuju dengan penilaian Washington bahwa Rusia telah menerima senjata dari Korea Utara, yang melanggar berbagai Resolusi Dewan Keamanan PBB.

"Fakta bahwa Presiden Putin meminta bantuan Korea Utara adalah tanda keputusasaan dan isolasi Rusia," kata Menteri Luar Negeri Inggris, James Cleverly, dalam sebuah pernyataan.

"Kami akan bekerja dengan mitra kami untuk memastikan bahwa Korea Utara membayar mahal untuk mendukung perang ilegal Rusia di Ukraina."

Baca juga: Putin Bersumpah Hancurkan Rudal Patriot, Sebut Senjata Bantuan AS untuk Ukraina Ketinggalan Jaman

Drone Iran Kembali Berulah

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada hari Sabtu (10/12/2022), bahwa Odesa dan wilayah sekitarnya tidak bisa mendapatkan listrik.

Dilansir TribunWow.com, dia menggambarkan situasinya sangat sulit bagi lebih dari 1,5 juta orang di kota pelabuhan Ukraina selatan tersebut.

Pihak berwenang Ukraina mengatakan Rusia menggunakan pesawat tak berawak buatan Iran untuk menyerang dua fasilitas energi.

Baca juga: Zelensky Maju ke Garis Depan Perang Ukraina Vs Rusia, Motivasi Para Tentara di Tengah Udara Beku

Dilaporkan Al Jazeera, Sabtu (10/12/2022), SKyrylo Tymoshenko, wakil kepala administrasi kepresidenan mengklaim perlu waktu berbulan-bulan untuk memperbaiki kerusakan tersebut.

"Sampai sekarang, kota ini tanpa listrik," ujar Tymoshenko, melalui aplikasi perpesanan Telegram.

Hanya infrastruktur penting, termasuk rumah sakit dan bangsal bersalin, yang memiliki akses listrik.

Sebagaimana diketahui, Rusia mulai menargetkan infrastruktur Ukraina saat mereka mundur setelah mengalami kekalahan militer beberapa waktu lalu.

Pada hari Kamis, Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji untuk terus menggempur jaringan energi Ukraina meskipun ada protes terhadap serangan yang telah membuat jutaan orang berada dalam kegelapan dan kedinginan tanpa pemanas saat suhu turun.

Pemerintah daerah mengatakan orang-orang yang hanya mengandalkan listrik untuk menyalakan rumah mereka harus mempertimbangkan untuk mengungsi.

Rusia dituding bertanggung jawab atas serangan misil ke Odesa, Ukraina yang menewaskan 21 orang, Jumat (1/7/2022).
Rusia dituding bertanggung jawab atas serangan misil ke Odesa, Ukraina yang menewaskan 21 orang, Jumat (1/7/2022). (YouTube The Telegraph)

Baca juga: Ukraina Berencana Lawan Balik, Rusia Kini Gencarkan Serangan di Kharkiv hingga Odesa

Para pejabat mengatakan serangan Rusia yang mengenai jalur transmisi dan peralatan utama di Odesa terjadi pada dini hari Sabtu.

"Menurut perkiraan awal, pemulihan fasilitas energi di wilayah Odesa akan memakan waktu lebih lama daripada setelah serangan sebelumnya," kata pihak pemerintah.

"Kita berbicara bukan tentang hari, tetapi bahkan minggu dan bahkan mungkin dua sampai tiga bulan."

Odesa, kota pelabuhan terbesar di Ukraina, memiliki populasi lebih dari 1 juta sebelum invasi Rusia pada 24 Februari.

Kyiv mengatakan Rusia telah meluncurkan ratusan drone Shahed-136 buatan Iran – diganti namanya menjadi Geran-2 – ke sasaran di Ukraina.

Angkatan bersenjata Ukraina mengatakan di Facebook bahwa 15 drone telah diluncurkan terhadap sasaran di wilayah selatan Odesa dan Mykolaiv, dan 10 telah ditembak jatuh.

Kyiv menggambarkan serangan itu sebagai kejahatan perang karena dampaknya yang menghancurkan kehidupan sipil.

Dalam sebuah pidato video, Zelensky mengatakan ada kekurangan yang signifikan dalam jumlah daya yang dihasilkan.

Di sisi lain, Teheran membantah memasok drone ke Moskow setelah perang dimulai pada akhir Februari.

Kementerian pertahanan Inggris mengatakan pada hari Sabtu bahwa dukungan militer Iran untuk Rusia kemungkinan akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang, termasuk kemungkinan pengiriman rudal balistik.(TribunWow.com/Via)

Berita terkait lainnya

Tags:
Presiden RusiaUkrainaRusiaAmerika SerikatKorea UtaraVladimir PutinVolodymyr ZelenskyWagner
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved