Konflik Rusia Vs Ukraina
Perang Berkecamuk di Bakhmut, Para Ahli Heran Rusia Terobsesi pada Kota Kecil di Ukraina
Para ahli mempertanyakan tujuan Rusia ngotot ingin menguasai kota kecil Bakhmut.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Rusia mengerahkan segenap kekuatannya untuk merebut Bakhmut, kota kecil di wilayah Donestk, Ukraina.
Dilansir TribunWow.com, obsesi Rusia atas kota tersebut begitu membingungkan para ahli.
Pasalnya, dalam Rusia ngotot ingin menguasai kota tersebut meskipun tidak akan ada dampak signifikan untuk kemajuan invasinya.
Baca juga: Mimpi Buruk dan Bangun Tiap Malam, Warga Ukraina Kisahkan Trauma setelah Ditahan dan Disiksa Rusia
Dilaporkan The Moscow Times, Selasa (13/12/2022), kota tersebut terletak di atas tambang garam yang luas dan terkenal dengan kilang anggur di era Sovietnya.
Namun kini, meski harus hidup tanpa listrik dan air, kurang dari 10.000 warga sipil diperkirakan tetap tinggal di kota yang populasinya sebelum perang berjumlah sekitar 70.000.
Sementara itu, mereka dikelilingi pertempuran sengit yang melibatkan penggunaan artileri berat, dan juga pertempuran jalanan.
Merebut Bakhmut akan memberi Rusia pijakan kecil dan strategis untuk melancarkan serangan yang lebih luas terhadap kota-kota Sloviansk dan Kramatorsk yang dikuasai Ukraina di utara.
Bakhmut juga terletak di jalan raya penting yang membentang secara diagonal melalui wilayah Donetsk dan Luhansk Ukraina.
Tetapi fokus Rusia pada kota itu tetap membingungkan para analis, yang menunjukkan bahwa pertempuran untuk merebut Bakhmut telah merugikan Moskow baik dalam hal sumber daya manusia maupun peralatan.
"Tidak ada yang benar-benar memahami pentingnya Bakhmut," kata analis pertahanan Konrad Muzyka dari Rochan Consulting yang berbasis di Polandia.
"Tidak ada yang benar-benar bisa menjelaskan mengapa orang Rusia berjuang begitu keras untuk itu."

Baca juga: Zelensky Maju ke Garis Depan Perang Ukraina Vs Rusia, Motivasi Para Tentara di Tengah Udara Beku
Satu alasan yang mungkin bagi Rusia untuk mencurahkan begitu banyak tenaga ke dalam pertempuran adalah karena hal itu telah menjadi masalah prestise militer.
Dikatakan bahwa setelah berbulan-bulan mencoba merebut kota itu, Moskow enggan mengakui kekalahan.
"Rusia telah berperang untuk waktu yang lama, mereka pikir mereka mungkin melakukan apa saja untuk mendapatkan Bakhmut," kata Muzyka.
Pertempuran dipimpin oleh perusahaan tentara bayaran Rusia Wagner, didukung oleh artileri Rusia, unit tentara yang dimobilisasi, dan kekuatan udara.
Diketuai pengusaha Rusia Yevgeny Prigozhin, Wagner mempekerjakan tentara bayaran, termasuk ribuan orang yang direkrut dari penjara Rusia.
"Ketika Wagner melakukan serangan (di Bakhmut), gelombang pertama adalah mantan narapidana, gelombang kedua adalah prajurit yang dimobilisasi Rusia, kemudian gelombang ketiga adalah pasukan reguler Wagner," beber Muzyka.
Namun, serangan langsung yang dilakukan oleh pasukan Rusia di dalam dan sekitar Bakhmut, sejauh ini, sebagian besar berhasil dipukul mundur oleh militer Ukraina.
Meter demi meter, pasukan Wagner semakin mendekati kota dalam beberapa pekan terakhir.
Diapit oleh pasukan konvensional Rusia di utara dan selatan, pasukan penyerang melakukan terobosan signifikan akhir bulan lalu di sekitar desa Opytne.
Meskipun mereka dilaporkan sejak itu mereka tidak dapat memanfaatkan keuntungan teritorial ini.
Untuk merebut kota itu Rusia perlu mengalahkan beberapa unit Ukraina yang paling tangguh dalam pertempuran.
Dan, secara militer, pengambilalihan Bakhmut tidak mungkin membuka jalan bagi kemajuan Rusia yang baru.
"Menduduki kota itu sepertinya tidak akan berdampak besar pada situasi operasional secara keseluruhan," kata Muzyka.
Baca juga: Serangan Rusia Dibalas Ledakan 2 Pangkalan Udara, Diduga Ulah Ukraina untuk Hancurkan Nuklir
AS Soroti Tekad Kyiv untuk Tetap Melawan
Laju pertempuran yang melambat di Ukraina diprediksi akan terus berlanjut selama beberapa bulan ke depan.
Namun, Amerika Serikat menilai keinginan Ukraina untuk melawan Rusia sama sekali tak berkurang.
Meskipun hingga saat ini, Rusia masih terus melakukan serangan yang mengakibatkan putusnya jaringan listrik Ukraina.
Baca juga: Swiss Bekukan Rp 122 Triliun Aset Rusia Buntut Invasinya ke Ukraina, Disinyalir Masih akan Bertambah
Seperti dilaporkan Al Jazeera, Minggu (4/12/2022) Avril Haines, direktur intelijen nasional dalam pemerintahan Presiden AS Joe Biden, menduga Presiden Rusia Vladimir Putin pasti akan terkejut mengetahui militernya tidak mencapai keberhasilan lebih banyak dalam perangnya di Ukraina.
Apalagi mengingat bahwa Rusia sebelumnya merasa yakin bisa menguasai Ukraina dalam beberapa minggu setelah serangan ke Kyiv pada akhir Februari.
"Kami melihat semacam pengurangan tempo konflik dan kami berharap itu mungkin yang akan kami lihat dalam beberapa bulan mendatang," kata Haines dalam Forum Pertahanan Nasional Reagan tahunan di California.
Menurutnya, militer Ukraina dan Rusia akan berusaha untuk memperbaiki dan melengkapi pasokan untuk mempersiapkan serangan balasan setelah musim dingin, tetapi ada pertanyaan apakah Kremlin dapat mencapai tujuannya.
"Kami sebenarnya memiliki cukup banyak skeptisisme, apakah Rusia benar-benar siap untuk melakukan itu atau tidak. Saya berpikir lebih optimis untuk Ukraina dalam jangka waktu itu," katanya.

Baca juga: Serang Pembangkit Listrik, Rusia Disebut NATO Pakai Musim Dingin untuk Buat Warga Ukraina Menderita
Haines menilai, setelah hampir 9 bulan perang berlangsung, Putin mulai menyadari tantangan yang dihadapi militernya.
Meski tujuan politik Putin di Ukraina tampaknya tidak berubah, namun analis intelijen AS berpikir Putin mungkin bersedia untuk mengurangi tujuan militer jangka pendeknya untuk sementara waktu.
Hal ini dibarengi dengan gagasan bahwa Rusia mungkin akan kembali mengejar tujuan tersebut nantinya.
Dia juga mengatakan Rusia tampaknya menghabiskan persediaan militernya dengan sangat cepat.
"Itulah mengapa Anda melihat mereka pergi ke negara lain secara efektif untuk mencoba mendapatkan amunisi dan kami telah mengindikasikan bahwa amunisi presisi mereka habis lebih cepat dalam banyak hal," ungkap Haines.
"Ini benar-benar luar biasa, dan perasaan kami sendiri adalah bahwa mereka tidak mampu memproduksi sendiri apa yang mereka belanjakan pada tahap ini."
Ditanya tentang dampak serangan Rusia terhadap jaringan listrik Ukraina dan infrastruktur sipil lainnya, Haines mengatakan tujuan Moskow adalah guna menekan keinginan warga Ukraina untuk melawan.
"Saya pikir kami tidak melihat bukti bahwa tekad itu sedang dirusak pada titik ini," ungkap Haines.
Rusia juga ingin memengaruhi kapasitas Ukraina untuk menuntut keadilan terhadp perang tersebut, sementara kondisi ekonomi Kyiv telah terpukul keras.
"Ekonomi Ukraina sudah sangat menderita. (Perang) itu sangat menghancurkan."(TribunWow.com/Via)