Konflik Rusia Vs Ukraina
Perang Berkecamuk di Bakhmut, Para Ahli Heran Rusia Terobsesi pada Kota Kecil di Ukraina
Para ahli mempertanyakan tujuan Rusia ngotot ingin menguasai kota kecil Bakhmut.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Diketuai pengusaha Rusia Yevgeny Prigozhin, Wagner mempekerjakan tentara bayaran, termasuk ribuan orang yang direkrut dari penjara Rusia.
"Ketika Wagner melakukan serangan (di Bakhmut), gelombang pertama adalah mantan narapidana, gelombang kedua adalah prajurit yang dimobilisasi Rusia, kemudian gelombang ketiga adalah pasukan reguler Wagner," beber Muzyka.
Namun, serangan langsung yang dilakukan oleh pasukan Rusia di dalam dan sekitar Bakhmut, sejauh ini, sebagian besar berhasil dipukul mundur oleh militer Ukraina.
Meter demi meter, pasukan Wagner semakin mendekati kota dalam beberapa pekan terakhir.
Diapit oleh pasukan konvensional Rusia di utara dan selatan, pasukan penyerang melakukan terobosan signifikan akhir bulan lalu di sekitar desa Opytne.
Meskipun mereka dilaporkan sejak itu mereka tidak dapat memanfaatkan keuntungan teritorial ini.
Untuk merebut kota itu Rusia perlu mengalahkan beberapa unit Ukraina yang paling tangguh dalam pertempuran.
Dan, secara militer, pengambilalihan Bakhmut tidak mungkin membuka jalan bagi kemajuan Rusia yang baru.
"Menduduki kota itu sepertinya tidak akan berdampak besar pada situasi operasional secara keseluruhan," kata Muzyka.
Baca juga: Serangan Rusia Dibalas Ledakan 2 Pangkalan Udara, Diduga Ulah Ukraina untuk Hancurkan Nuklir
AS Soroti Tekad Kyiv untuk Tetap Melawan
Laju pertempuran yang melambat di Ukraina diprediksi akan terus berlanjut selama beberapa bulan ke depan.
Namun, Amerika Serikat menilai keinginan Ukraina untuk melawan Rusia sama sekali tak berkurang.
Meskipun hingga saat ini, Rusia masih terus melakukan serangan yang mengakibatkan putusnya jaringan listrik Ukraina.
Baca juga: Swiss Bekukan Rp 122 Triliun Aset Rusia Buntut Invasinya ke Ukraina, Disinyalir Masih akan Bertambah
Seperti dilaporkan Al Jazeera, Minggu (4/12/2022) Avril Haines, direktur intelijen nasional dalam pemerintahan Presiden AS Joe Biden, menduga Presiden Rusia Vladimir Putin pasti akan terkejut mengetahui militernya tidak mencapai keberhasilan lebih banyak dalam perangnya di Ukraina.
Apalagi mengingat bahwa Rusia sebelumnya merasa yakin bisa menguasai Ukraina dalam beberapa minggu setelah serangan ke Kyiv pada akhir Februari.
"Kami melihat semacam pengurangan tempo konflik dan kami berharap itu mungkin yang akan kami lihat dalam beberapa bulan mendatang," kata Haines dalam Forum Pertahanan Nasional Reagan tahunan di California.