KTT G20 Bali
Dibunuh hingga Dikudeta, Berikut Risiko yang Dihadapi Putin jika Nekat Datang ke KTT G20 Bali
Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan untuk tidak menghadiri KTT G20 di Bali.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin akhirnya memutuskan untuk tidak menghadiri KTT G20 di Bali.
Dilansir TribunWow.com, Rusia yang tengah berkonflik dengan negara tetangganya, Ukraina, tentu mengedepankan keamanan pemimpinnya.
Pasalnya, meninggalkan negaranya yang sedang kurang stabil, merupakan langkah berisiko bagi Putin.
Baca juga: Dibantah Rusia, Berikut Konfirmasi Indonesia soal Kabar Menlu Putin Sergei Lavrov Dilarikan ke RS
Ia mungkin awalnya mempertimbangkan risiko itu jika dibandingkan kesempatan berjumpa dengan para pemimpin rekan Rusia seperti Xi Jinping dari China.
Menurut Dr Sara Meger, seorang dosen hubungan internasional dari University of Melbourne, risiko yang dihadapi Putin akan terlalu berat jika dibanding pertemuan tersebut.
"Jika dia meninggalkan negara Rusia, dia kemungkinan akan dibunuh, ini skenario yang akan terus bermain di kepalanya," kata Meger dikutip dari ABC News, Selasa (15/11/2022).
Meninggalkan Rusia akan membuka kemungkinan kudeta atau risiko keamanan.
Selain itu, Putin tahu dia perlu meyakinkan rakyatnya bahwa dia memenangkan perang.
"Putin sedang menghadapi gejolak yang meningkat. Bagi sebagian orang di dalam negeri, dia terlalu keras atau terlalu lunak di Ukraina," kata Leonid Petrov, pakar politik dan bisnis di International College of Management Sydney dan Australian National University.

Baca juga: Media Rusia Sebut Indonesia dan Jokowi Berusaha Selamatkan Putin dari Target Bully AS dkk di KTT G20
Sanksi dan masalah ekonomi telah membuat situasinya semakin tidak stabil, merusak kepercayaan pada rezim Putin sendiri.
Tindakannya di Ukraina telah mengusirnya dari panggung dunia, tetapi dia mungkin membutuhkan bantuan dari para pemimpin global lainnya untuk mengeluarkan dirinya dari kekacauannya.
"Putin ingin sanksi internasional dicabut dan negosiasi adalah bagian dari itu. Masalahnya adalah, siapa yang akan mempercayainya ketika dia melanggar janjinya untuk tidak menyerang Ukraina?" ujar Petrov.
Petrov mengatakan bahwa dengan menggantungkan prospek penggunaan persenjataan nuklirnya di Ukraina, Putin telah merusak posisinya secara serius di panggung dunia.
"Putin memiliki tombol nuklir dan tidak ada yang bisa menghentikannya menggunakannya," imbuh Petrov.
Keputusan Putin untuk melewatkan G20 akan menjadi kabar baik bagi musuh utamanya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.