Konflik Rusia Vs Ukraina
Meski Minim Bukti, AS Tuduh Korea Utara Kirim Senjata ke Rusia untuk Bantu Konflik di Ukraina
Meski tidak memiliki bukti yang cukup, AS menuding Korut diam-diam mengirimkan senjata ke Rusia untuk membantu konflik di Ukraina.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Sebuah tudingan disampaikan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) terhadap Korea Utara (Korut) yang disebut telah mengirimkan senjata ke Rusia.
AS menuduh Korut secara diam-diam membantu Rusia memerangi Ukraina.
Dikutip TribunWow dari skynews, informasi ini disampaikan oleh Juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby.
Baca juga: Bos Tentara Bayaran Rusia Grup Wagner Miliki Kuasa Setingkat Menteri hingga Mampu Pengaruhi Putin
Kirby menjelaskan, Korut berpura-pura mengirimkan peluru artileri ke Timur Tengah atau Afrika Utara untuk menutupi aksi mereka.
Kirby sendiri tidak mengetahui berapa jumlah total amunisi yang dikirim ke Rusia.
Selain itu Kirby juga mengakui bahwa pihaknya masih memonitor apakah peluru artileri yang dikirim oleh Korut benar-benar diterima oleh Rusia atau tidak.
Namun Kirby menyatakan aksi Korut tidak akan memengaruhi berjalannya konflik.
Kirby menyampaikan, pengiriman peluru artileri ini dapat ditafsirkan sebagai dua hal.
Pertama adalah menunjukkan sikap Korut yang berada di kubu Rusia, dan kedua tanda Rusia telah menderita kelangkaan amunisi karena efek sanksi ekonomi.
Mantan direktur jenderal Royal United Services Institute (RUSI), Profesor Michael Clarke memprediksi adanya kemungkinan konflik antara Rusia dan Ukraina dapat berlangsung hingga 50 tahun ke depan.
Prof. Clarke menjelaskan Ukraina saat ini memiliki kemampuan untuk memukul mundur pasukan militer Rusia.
Dikutip TribunWow dari skynews, Prof. Clarke menjelaskan saat ini adalah episode kedua konflik antara Ukraina dan Rusia, yang mana episode pertama perang terjadi pada tahun 2014 saat Rusia menganeksasi Krimea.
Prof. Clarke menduga tahun depan akan ada gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina.

Baca juga: Rekrut Pasukan Elit Afghanistan untuk Perangi Ukraina, Rusia Janjikan Gaji hingga Tempat Tinggal
Namun gencatan senjata tersebut tak akan bertahan lama hingga akhirnya pecah perang episode tiga yang nantinya akan dilanjutkan gencatan senjata lagi hingga akhirnya kembali pecah perang.
Prof. Clarke menyebut Rusia tidak akan mengakui adanya negara Ukraina dan mereka tidak akan mengubah pemikirannya.
"Ini kemungkinan akan menjadi perjuangan generasi. Katakanlah itu akan berlangsung 30,40 atau 50 tahun," ungkapnya.
Menurut Prof. Clarke harus ada perubahan besar di sektor keamanan di Eropa, jika tidak konflik akan terjadi selamanya.
Prof. Clarke juga tak menutupi kemungkinan Ukraina merebut kembali wilayah mereka.
Tetapi nantinya para warga Ukraina harus siap hidup di bawah ancaman tetangga mereka yakni Rusia.
"Dan jika ada perang ketiga, itu mungkin akan lebih sulit daripada yang kedua karena pada saat itu keduanya akan mempersenjatai diri," pungkas Prof. Clarke.
5 Syarat Wajib untuk Perdamaian di Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membahas kemungkinan negaranya berdamai dengan Rusia.
Zelensky menyebut ada lima syarat untuk solusi damai antara Ukraina dan Rusia.
Dikutip TribunWow dari bbc, solusi ini disampaikan oleh Zelensky saat memberikan pidato di Majelis Umum Tahunan PBB, Kamis (22/9/2022).

Baca juga: Rusia Disebut Takut Kalah, Penasihat Zelensky Soroti Siasat Putin Manipulasi Wilayah Ukraina
Zelensky menegaskan lima syarat ini adalah hal wajib yang tidak bisa dinegosiasikan lagi.
Lima syarat tersebut adalah:
1. Hukuman untuk agresor/penyerang (Rusia)
2. Perlindungan kehidupan
3. Pemulihan keamanan dan integritas teritorial
4. Jaminan keamanan
5. Kebulatan tekad
Terkait hukuman untuk penyerang, Zelensky mengusulkan digelar pengadilan khusus untuk menghukum Rusia atas invasi ke Ukraina.
Menurut Zelensky hukuman ini sebagai tanda bahwa Rusia menghargai perdamaian.
"Kami telah menyiapkan langkah-langkah yang tepat untuk menggelar pengadilan tersebut," kata Zelensky.
Selanjutnya soal kebulatan tekad, Zelensky mengatakan tanpa adanya kebulatan tekad, empat syarat yang lain tidak akan berjalan.
Terkait netralitas, Zelensky menyebut hal tersebut tidak masuk dalam formulanya.
Seperti yang diketahui, Rusia dalam negosiasi damai meminta Ukraina netral tidak bergabung dengan blok manapun termasuk NATO.(TribunWow.com/Anung/Via)