Konflik Rusia Vs Ukraina
Rekrut Pasukan Elit Afghanistan untuk Perangi Ukraina, Rusia Janjikan Gaji hingga Tempat Tinggal
Pemerintah Rusia disebut kini tengah aktif merekrut pasukan elit Afghanistan untuk membantu berperang melawan Ukraina.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Pasukan militer Rusia saat ini dikabarkan tengah mencuri kesempatan merekrut pasukan elit Afghanistan untuk berperang di Ukraina.
Rusia disebut sengaja memanfaatkan kondisi para pasukan elit Afghanistan tersebut yang takut dideportasi ke negara asal mereka karena akan terancam terbunuh oleh Taliban.
Dikutip TribunWow dari theguardian, pasukan elit Afghanistan ini sempat berperang di negara asal mereka bersama Amerika Serikat (AS) sebelum akhirnya AS memilih untuk angkat kaki dari Afghanistan.
Baca juga: Susah-susah Dijembatani PBB, Rusia Sepihak Batalkan Perjanjian Jalur Aman Ekspor Pangan Ukraina
Tiga mantan jenderal pasukan militer Afghanistan mengiyakan bahwa militer Rusia sedang aktif melakukan perekrutan.
Nantinya para pasukan elit Afghanistan ini akan ditempatkan di pasukan warga negara asing di Rusia dengan gaji sebesar 1,500 USD per bulan hingga tempat tinggal untuk keluarga tanpa perlu khawatir akan dideportasi.
"Mereka tidak ingin pergi berperang tetapi mereka tidak mempunyai pilihan," ujar Abdul Raof Arghandiwal selaku mantan jenderal pasukan militer Afghanistan.
Arghandiwal mengatakan, perekrutan dilakukan oleh kelompok tentara bayaran Rusia yakni Grup Wagner.
Seorang anggota pasukan elit yang menerima tawaran Rusia menjelaskan betapa sulitnya menolak tawaran Rusia di tengah kondisi mereka yang menjadi buruan Taliban.
Seorang eks tentara Afghanistan lainnya menjelaskan, seusai bergabung dengan pasukan militer Rusia akan mendapatkan pelatihan selama dua bulan sebelum dikirim maju ke medan perang.
Lembaga monitoring Hak Asasi Manusia (HAM) menyebut ada lebih dari 100 mantan tentara Afghanistan, anggota intelijen, hingga polisi dibunuh di Afghanistan seusai Talibang berkuasa.
Baca juga: Dinilai Janggal oleh Zelensky, Rusia Mendadak Umumkan Pemberhentian Wajib Militer di Ukraina
Sebelumnya diberitakan, kontroversi kebijakan relawan perang yang diumumkan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sempat ramai dibicarakan.
Ratusan warga negara-negara Afrika memanfaatkan momen ini sebagai kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup mereka di negara Eropa.
Seorang pria lulusan filsafat bernama Ottah Abraham (27) mengaku paham bahwa perang adalah hal yang serius.
Dikutip TribunWow.com dari BBC.com, namun pria asal Nigeria itu tetap memilih untuk pergi ke Ukraina ketimbang berada di negaranya.
"Tetapi menjadi tentara di Ukraina akan lebih baik ketimbang di sini," kata Abraham.