Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Miliarder ke-4 Rusia Pindah Kewarganegaraan, Ogah Disebut Warga Putin Buntut Perang Ukraina

Sejumlah miliarder dan elit Rusia berbondong-bondong menanggalkan kewarganegaraannya setelah perang Ukraina berkobar.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
BBC.com
Tentara Rusia membawa lambang dukungan invasi ke Ukraina. Terbaru, miliarder Rusia melepaskan kewarganegaraannya sebagai bentuk protes atas invasi Rusia ke Ukraina, Senin (31/10/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Sejumlah miliarder dan elit Rusia berbondong-bondong menanggalkan kewarganegaraannya setelah perang Ukraina berkobar.

Dilansir TribunWow.com, angka tersebut bertambah dengan keputusan Co-founder dan CEO bank digital Inggris Revolut, Nik Storonsky (37), yang kini resmi menjadi warga Inggris.

Pria kelahiran Moskow tersebut menjadi miliarder keempat yang melepaskan kewarganegaraan sebagai rakyat dari Presiden Rusia Vladimir Putin.

Baca juga: Tak Puas Dengan Putin, Pejabat Tinggi dan Elit Rusia Dikabarkan Sudah Rencanakan Kudeta

Nik Storonsky diketahui memiliki kewarganegaraan ganda Inggris dan Rusia.

Namun, ia memilih untuk melepaskan kewarganegaraan Rusianya awal tahun ini.

Nik Storonsky, yang secara terbuka mengutuk invasi Moskow ke Ukraina, adalah putra Nikolai Storonsky, kepala lembaga penelitian raksasa energi Rusia, Promgaz, Gazprom.

Diperkirakan, Nik yang terkenal karena kekayaanya, memiliki harta bersih sebesar 7,1 miliar USD (sekira Rp 111 triliun).

Ayah Nik Storonsky, Nikolai, telah dikenai sanksi oleh Ukraina pada 19 Oktober, ia dilarang memasuki Ukraina dan asetnya di negara itu sudah dibekukan.

Pada bulan April, Nik Storonsky sempat menegur kantor berita Forbes, untuk berhenti menyebutnya sebagai miliarder Rusia.

"Posisinya dalam perang ada di catatan publik: perang itu benar-benar menjijikkan dan Nik Storonsky tetap tegas dalam menyerukan diakhirinya pertempuran segera," kata juru bicara Revolut seperti dikutip dari The Moscow Times, Senin (31/10/2022).

Warga Rusia ditangkap polisi saat melakukan protes anti-perang terhadap invasi Rusia ke Ukraina, Moskow, 24 Februari 2022.
Warga Rusia ditangkap polisi saat melakukan protes anti-perang terhadap invasi Rusia ke Ukraina, Moskow, 24 Februari 2022. (AFP)

Baca juga: Jurnalis Rusia Kembali Kena Denda Rp 12 Juta setelah Bayar Rp 7 Juta Buntut Protes Invasi Ukraina

Nik Storonsky, yang lahir di kota Dolgoprudny di wilayah Moskow, setidaknya adalah miliarder keempat yang melepaskan kewarganegaraan Rusianya sejak invasi Moskow ke Ukraina dimulai pada Februari.

Tiga miliarder lainnya yang diketahui telah mengambil langkah yang sama adalah investor Facebook Yury Milner, pendiri pialang ritel Freedom Holding Timur Turlov dan pemodal kelahiran Armenia Ruben Vardanyan.

Sebelumnya, investor Miliarder Silicon Valley Yuri Milner mengatakan bahwa dia telah meninggalkan Rusia sejak tahun 2014.

"Saya dan keluarga saya meninggalkan Rusia untuk selamanya pada 2014, setelah aneksasi Rusia atas Krimea. Dan musim panas ini, kami secara resmi menyelesaikan proses pelepasan kewarganegaraan Rusia kami," terang Milner.

Milner, pendiri perusahaan investasi internet DST Global dan salah satu investor asli di Facebook, telah menjadi warga negara Israel sejak 1999.

Disebutkan bahwa pemodal ventura dan fisikawan itu tidak memiliki aset di Rusia dan 97 persen kekayaannya diciptakan di tempat lain.

"Yuri belum pernah bertemu Vladimir Putin, baik secara individu maupun kelompok," bunyi keterangan dalam laman DST Global.

Yayasan milik Milner, Breakthrough Prize Foundation, dengan tegas mengutuk invasi Rusia terhadap Ukraina.

"Ketika perang mengerikan di Ukraina berlanjut, dengan korban dan kekejaman meningkat, Breakthrough Prize Foundation mengutuk keras invasi Rusia ke Ukraina dan serangan brutal dan tidak beralasan terhadap penduduk sipil."

Yayasan Milner diketahui telah menyumbangkan setidaknya $11 juta (Rp 172 miliar) untuk membantu pengungsi dari Ukraina dan ilmuwan yang terpaksa meninggalkan negara itu.

Baca juga: Susah-susah Dijembatani PBB, Rusia Sepihak Batalkan Perjanjian Jalur Aman Ekspor Pangan Ukraina

Nasib Elit Rusia yang Kabur

Sejumlah tokoh elit Rusia terang-terangan menyatakan penolakan atas invasi negaranya ke Ukraina.

Mereka adalah segelintir orang yang berani menyatakan pendapat di tengah tekanan pemerintahan Presiden Vladimir Putin.

Dua di antaranya adalah seorang diplomat internasional dan anggota direksi perusahaan keuangan milik pemerintah.

Dilansir TribunWow.com dari The Guardian, Rabu (25/5/2022), Igor Volobuyev menghabiskan dua dekade bekerja di jantung pendirian bisnis Rusia, pertama untuk Gazprom kemudian untuk afiliasinya Gazprombank.

Di perusahaan terakhir, Volobuyev menjadi wakil presiden direksi hingga Februari tahun ini.

Setelah Putin melancarkan perangnya di Ukraina pada akhir Februari, Volobuyev memutuskan dia tidak tahan lagi tinggal di Rusia.

Pria itu pun mengemasi ransel kecil berisi barang-barang dan setumpuk uang tunai, dan terbang ke luar negeri pada tanggal 2 Maret, berpura-pura pergi berlibur.

Beberapa hari kemudian, Volobuyev menyeberang dari Polandia ke Ukraina, di mana dia menghabiskan masa kecilnya.

Sekarang, dia menghabiskan hari-harinya mencoba meyakinkan para pejabat untuk memberinya dokumen Ukraina dan mengizinkannya mendaftar untuk dinas militer.

"Saya ingin pergi ke tempat di mana saya bisa mempertahankan tanah air saya dengan senjata, saya berusaha setiap hari," kata Volobuyev dalam sebuah wawancara di pinggiran ibukota, Kyiv.

"Saya tidak akan pernah kembali ke Rusia."

Ratusan ribu orang Rusia diyakini telah meninggalkan negara itu sejak Putin melancarkan perang.

Banyak intelektual, jurnalis, dan aktivis telah menyuarakan penentangan mereka terhadap konflik tersebut.

Namun, di kalangan elit politik dan pebisnis, pembelotan sangat jarang terjadi.

Terlepas dari laporan tentang kecemasan yang meluas atas invasi ke Ukraina, hanya segelintir orang yang berani berbicara di depan umum untuk mengutuk perang tersebut.

Pada hari Senin (23/5/2022), Boris Bondarev, seorang diplomat yang ditempatkan di misi Rusia untuk PBB di Jenewa, menjadi pejabat tingkat tertinggi yang mengecam perang tersebut.

Ketika mengundurkan diri, Bondarev menulis surat mengungkapkan bahwa dia malu dengan negaranya dan menyebut invasi itu sebagai bencana.

Kolase mantan wakil Presdir perusahaan Rusia Gazprombank Igor Volobuyev (kiri), dan diplomat Rusia untuk PBB di Jenewa, Boris Bondarev, Rabu (25/5/2022).
Kolase mantan wakil Presdir perusahaan Rusia Gazprombank Igor Volobuyev (kiri), dan diplomat Rusia untuk PBB di Jenewa, Boris Bondarev, Rabu (25/5/2022). (YouTube Radio Free Europe/Radio Liberty, Linkedln)

Bondarev mengatakan dia memutuskan untuk mengundurkan diri pada hari Rusia meluncurkan invasi, tetapi butuh berbulan-bulan untuk mengumpulkan tekad dan mengumumkannya.

"Anda mengerti bahwa itu salah," kata Bondarev sebuah wawancara telepon.

"Itu tidak baik. Tapi itu tidak benar-benar mempengaruhi anda, hidup Anda. Hal-hal buruk ini terjadi di suatu tempat yang jauh. Itu tidak benar tapi begitulah kebanyakan orang berpikir."

"Tapi sekarang ini benar-benar berbeda: Rusia menyerang negara lain. Ini adalah Ukraina yang selalu kami anggap sebagai saudara kami dan menyerang mereka dengan cara yang paling brutal. Mengebom kota-kota. Mengklaim mereka sebagai Nazi dan di-denazifikasi. Itu sesuatu yang konyol. Itu sesuatu yang tak terbayangkan."

Bondarev mengatakan dia yakin banyak rekan diplomatnya juga menentang perang, tetapi dia tidak pernah membicarakannya dengan mereka.

"Ini bukan sesuatu yang benar-benar anda bicarakan dengan orang lain, itu bukan sesuatu yang dapat anda bicarakan secara terbuka akhir-akhir ini," kata Bondarev.

"Semua orang diam."

Seperti banyak rekan diplomat lainnya, Bondarev tetap menjabat selama dekade terakhir, meskipun Rusia semakin terisolasi karena serangkaian krisis.

Di antaranya termasuk aneksasi Krimea dan penembakan Malaysia Airlines penerbangan MH17 pada tahun 2014.

Namun ia tampaknya tak bisa lagi mentolerir perang yang diinisiasi oleh negaranya sendiri.(TribunWow.com/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaUkrainaVolodymyr ZelenskyVladimir PutinRusia
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved