Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Bawa Isu Agama dalam Konflik, Sebut Harus Usir Setan dari Ukraina saat Operasi Militer Khusus

Pemerintah Rusia melibatkan isu agama ke dalam konflik yang saat ini terjadi di Ukraina.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
YouTube AFP News Agency
Presiden Rusia Vladimir Putin saat menghadiri perayaan paskah di Moskow di tengah konflik Ukraina, 24 April 2022. 

Putin Paksa Etnis Minoritas Rusia

Pada 14 Oktober, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa perintah mobilisasi parsialnya akan selesai pada akhir bulan.

Dilansir TribunWow.com, Putin menyebut 222.000 orang telah direkrut dari target 300.000 dan tidak ada rencana untuk perekrutan lebih lanjut.

Namun, muncul laporan tentang dampak perang yang tidak proporsional terhadap orang-orang Rusia dari daerah miskin dan etnis minoritas.

Ribuan pria dari Chechnya bersedia menawarkan bantuan kepada angkatan bersenjata Rusia. Dilihat dari video APTN, ada 12.000 sukarelawan lokal berkumpul di alun-alun pusat ibukota regional, Grozny. Pernyataan itu diungkapkan Pemimpin Republik Chechnya Ramzan Kadyrov saat militer Moskow melakukan serangan hari kedua di Ukraina, Pada Jumat (25/2/2022).
Ribuan pria dari Chechnya bersedia menawarkan bantuan kepada angkatan bersenjata Rusia. Dilihat dari video APTN, ada 12.000 sukarelawan lokal berkumpul di alun-alun pusat ibukota regional, Grozny. Pernyataan itu diungkapkan Pemimpin Republik Chechnya Ramzan Kadyrov saat militer Moskow melakukan serangan hari kedua di Ukraina, Pada Jumat (25/2/2022). (youtube kompastv)

Baca juga: Pria Lumpuh hingga Pekerja Migran Rusia Dijemput Paksa Tengah Malam untuk Dikirim Perang ke Ukraina

Ketika Putin mendeklarasikan dekrit tersebut empat minggu sebelumnya, proses mobilisasi yang kacau memicu protes secara nasional.

Langkah ini juga menuai kritik dari politisi dan tokoh masyarakat yang dekat dengan Kremlin, mengungkapkan ketegangan di dalam elit politik Rusia.

Adapun menurut data yang dikumpulkan oleh media independen Rusia, sejumlah daerah dengan populasi minoritas yang tinggi paling banyak menderita korban dalam perang.

Victoria Maladaeva, wakil presiden Yayasan Free Buryatia, membeberkan tentang perang di Ukraina dan dampaknya terhadap Republik Buryatia, sebuah wilayah federal dan tanah air bersejarah orang-orang Pribumi Buryat yang terletak di perbatasan Rusia dengan Mongolia.

"Kita tahu bahwa secara statistik Dagestan, Republik Tuva, dan Republik Buryat, tempat tinggal minoritas, memiliki jumlah kematian tertinggi," beber Maladaeva dikutip dari Al Jazeera, Selasa (25/10/2022).

"Moskow (wilayah berpenduduk 17 juta) memiliki kurang dari 50 orang tewas. Buryatia (wilayah dengan populasi 980.000) saja memiliki 364 orang tewas."

"Peluang seorang Buryat tewas dalam perang di Ukraina adalah 7,8 kali lebih tinggi daripada (seorang etnis) Rusia."

Baca juga: Polisi Rusia Dituding Rudapaksa dan Ancam Lecehkan Ramai-ramai Pendemo Anti-Wajib Militer ke Ukraina

Maladaeva menuturkan bagaimana orang-orang dari etnis minoritas ini direkrut untuk dikirim ke medan perang.

Alih-alih dipanggil secara prosedural untuk wajib militer, mereka didatangi otoritas setempat pada tengah malam dan langsung dikirim ke pusat pendaftaran.

"Pada hari pengumuman Putin, otoritas lokal di Buryatia datang ke rumah-rumah penduduk pada malam hari. Mereka menyeret orang dari tempat tidur mereka. Beberapa bahkan tidak diberikan draft pemberitahuan. Mereka hanya diseret ke bus dan mendaftar di pangkalan militer," tutur Maladaeva.

"Mereka mengambil semua orang, bahkan (melanggar aturan) orang dengan lima anak, atau memanggil beberapa pria dari keluarga yang sama."

Halaman
123
Sumber: TribunWow.com
Tags:
RusiaUkrainamiliter
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved